Satu tahun berlalu, tapi rasanya belum cukup untuk Ann menimba ilmu di pesantren Al-Hidayah. Ia selalu merasa ada yang masih kurang, meskipun bacaan al-qurannya sudah baik, tidak pernah absen di setiap kelas, selalu menerapkan setiap pelajaran yang baik di kehidupan sehari-harinya, mematuhi peraturan pesantren dan hormat kepada guru-gurunya. Ann selalu merasa masih belum cukup belajar agama, sehingga ia selalu ingin lagi, lagi dan lagi berada di pesantren ini.
Perubahan ini tentu saja membuat Kiai Hasan dan beberapa staf pengajar sangat senang mempunyai murid seperti Ann. Mereka berhasil membuat gadis yang dititipkan Radit itu menjadi gadis soleha seperti layaknya seorang wanita muslim yang baik. Dan Ali, tentu saja orang yang paling bahagia bisa bertemu dan mengenal gadis itu. Meskipun pada awal-awal, ia harus selalu mengalah dengan kerasnya sifat Ann. Tapi sekarang, Ali mulai menemukan sosok Ann yang sebenarnya, manis dan lembut.
Seperti hari-hari minggu biasanya, dimana selalu diadakan pengajian umum di masjid besar pesantren. Ann sudah duduk manis bersama Astrid, Keyla, santri-santri dan penduduk sekitar lainnya menunggu pengisi ceramah pagi ini.
Ann melihat sesuatu yang berbeda dari Ali hari ini, ustad muda yang selalu membuat perempuan-perempuan sepertinya menjadi semangat untuk mengikuti pengajian di pesantren ini. Wajahnya terlihat berseri, suaranya terasa menyejukkan ketika lantunan ayat-ayat al-quran keluar dari bibirnya. Tidak sadar Ann mengulas senyum melihat pemandangan yang seperti taman surga di depannya itu.
Sampai Keyla yang melihatnya, menyenggol lengan Astrid untuk ikut melihat wajah Ann yang damai ketika memandangi ustad muda yang sedang berada di mimbar masjid itu. Mereka hanya cekikikan dan membiarkan Ann puas memandangi Ali.
"Lo sebenarnya tadi dengerin ustad ceramah nggak sih?" Tanya Keyla, pengajian sudah berakhir dan mereka bertiga sedang berjalan ke luar masjid bersama yang lainnya.
"Hah, dengerin lah, terus ngapain gue datang ke masjid kalau bukan dengerin ceramah." elak Ann, sedikit menyembunyikan raut wajah dari dua temannya itu.
"Lo mah bukan dengerin isi ceramahnya, tapi malah liatin pangerannya surga." Astrid terkekeh membuat Ann heran.
"Nggak usah sok bingung gitu sayang, kita tahu kok kalau lo tuh terpesona sama ustad Ali tadi." Keyla merangkul Ann.
"Eh apaan, kagak, gue fokus kok sama isi ceramahnya bukan sama ustadnya."
Astrid dan Keyla terus menggoda Ann sampai tidak tahu kalau Ali sudah berada di depan mereka.
"Eh ustad." Astrid yang duluan sadar tersenyum kikuk.
Ali ikut tersenyum, membuat Astrid dan Keyla kembali rusuh sama Ann.
"Pak ustad, cariin dong satu yang kayak ustad buat calon imam saya."
Ann melotot lalu mencubit perut Astrid.
"Aku juga dong, biar diajarin ngaji kayak Ann." Sahut Keyla yang hanya membuat Ann terdiam malu di depan Ali.
Ali terkekeh, "Boleh kok, insyaallah laki-laki yang akan menjadi imam kalian adalah laki-laki soleh yang akan selalu menuntun kalian pada kebaikan."
"Amiinn... " Astrid dan Keyla serempak menyahut heboh, Ann hanya menghembuskan napas.
"Eh sepertinya ada tamu buat Ann." Ali menunjuk dua orang yang sedang berjalan ke arah mereka. Ann, Astrid dan Keyla yang membelakangi segara berbalik mengikuti pandangan Ali.
"Papa... tante Rosa..." Ann sedikit terkejut dengan kemunculan wanita yang bersama papanya itu. Ia pun tersenyum bahagia.
Radit datang bersama adik perempuannya, wanita yang sekarang berjilbab itu langsung memeluk Ann.
"Assalamu'alaikum..." Radit menyapa hangat.
"Wa'alaikum salam..."
Radit menyalami Ali, lalu beralih memeluk Ann.
"Kalian disini?" Radit menoleh pada Keyla dan Astrid.
"Iya om, lagi membangun jiwa raga yang islami disini." sahut Keyla santai.
Radit dan Rosa terkekeh, Ann dan Astrid tertawa sementara Ali hanya tersenyum kecil.