Ali mungkin sudah jatuh cinta pada seorang Annalisa Hermawan. Gadis yang akhir-akhir ini selalu mengganggu pikirannya. Ia sebenarnya merindukan ketika Ann masih dingin dan jutek dulu. Bagaimana gadis itu selalu berbicara dengan ketus padanya, bagaimana bencinya Ann padanya sehingga setiap bertemu selalu menunjukkan wajah dinginnya. Bagi Ali itu sesuatu hal yang baru di hidupnya, bisa bertemu gadis galak seperti Ann.
Dua puluh lima tahun dalam hidup Ali yang dihabiskan di pesantren membuatnya tidak banyak mengenal gadis yang membuatnya tertarik. Gadis yang dekat dengannya hanya Asyifa, dan ia hanya menganggapnya sebagai adiknya sendiri karena ia tidak mau berlaku lancang untuk menyukai putri dari pemilik pesantren itu. Ia sadar siapa dirinya, hanya manusia beruntung yang diangkat derajatnya oleh Kiai Hasan.
Lalu tiba-tiba datang Ann dalam hidupnya. Mengenal gadis itu, membuat Ali memikirkan hal lain selain pesantren dan hidupnya sendiri. Yaitu kebutuhan tentang hatinya. Tapi apakah dunia mengijinkannya untuk menyayangi gadis itu. Ketika menyadari ada batas yang terbentang diantara mereka. Ann yang berasal dari keluarga berada sedangkan dirinya hanya anak yatim piatu yang masih mencari sesuatu untuk kebutuhannya sendiri.
Tapi melihat senyuman Ann, membuatnya ingin berbuat lebih dan bekerja lebih keras lagi agar ia bisa setidaknya menjadi laki-laki yang pantas untuk gadis itu.
Memikirkan hal itu, membuatnya selalu senyum-senyum sendiri.
Seperti saat ini, ketika ia dan Soleh sedang menyiapkan beberapa sayuran untuk dibawanya ke pasar. Soleh yang melihatnya tiba-tiba takut sendiri melihat Ali hari ini. Jangan-jangan laki-laki yang sudah dianggap kakaknya sendiri itu kemasukan jin sawah.
"Kak, kak Ali." Soleh menepuk-nepuk lengan Ali.
Ali sedikit terperanjat ketika kembali ke dunianya dan melihat Soleh yang menatapnya bingung.
"Kakak senyum-senyum sendiri ihh, padahal masih siang perasaan."
Ali yang menyadari dirinya melamun tadi segera mengusap wajahnya.
"Astaghfirullah."
Soleh cekikikan, ia tahu kenapa akhir-akhir ini wajah dari Ali selalu berseri-seri.
"Soleh tahu kenapa kakak melamun terus, pasti kangen ya sama kak Ann."
Ali hanya mendelik, lalu berjalan untuk masuk ke dalam mobil.
"Baru juga dua hari nggak ketemu." Soleh duduk di jok depan, masih dengan senyum jahilnya.
"Apaan sih anak kecil, sok tahu." Ali segera menyalakan mesin mobil dan mengabaikan Soleh yang tertawa senang melihatnya salah tingkah.
.
Hari ini adalah hari terakhir Rosa berada di Indonesia, besok ia sudah harus kembali ke London karena masih banyak pekerjaan dan tidak bisa meninggalkan suaminya mengurus perusahaan sendirian.
Ann mengantar tantenya itu membeli beberapa kerudung, baju koko dan makanan ringan untuk oleh-oleh di sebuah Mall.
Waktunya makan siang, mereka memasuki sebuah kafe dan memesan makanan.
"Masih ada yang kurang nggak tante oleh-olehnya?" tanya Ann memastikan lagi barang-barang yang akan dibawa Rosa ke London.
"Kayaknya udah deh." Rosa memperhatikan belanjaannya yang diletakkan di lantai sambil mengingat-ngingat.
"Kamu udah punya pacar lagi belum?" tanya Rosa, setelah makanan tersaji di meja mereka.
"Ann nggak mau pacaran lagi tante." Ann mengunyah pelan steak kesukaannya. Rasanya kangen banget bisa lagi makan steak di kafe favoritnya ini.
"Mau langsung nikah saja maksudnya?"
"Iya, lagipula aku masih ingin belajar di pesantren. Ann ingin menyempurnakan niat Ann yang ingin berubah dengan terus belajar sampai Ann benar-benar mempunyai ilmu agama yang cukup sebagai bekal nanti."
Rosa memandangi keponakan cantiknya itu dengan bangga. Ann benar-benar sudah berubah.
"Oh iya, cowok yang kemaren di pesantren yang ngobrol sama papa kamu, itu siapa?"
"Itu ustad Ali, salah satu pengajar di pesantren."
Rosa mengangguk-angguk."Kamu suka?"