Hampir satu bulan Ann tinggal di kediaman oma Elina di daerah Cottesmore Gardens, London. Selama itu pula Ann hanya keluar rumah dua kali, pergi ke rumah Rosa dan jalan-jalan ke Buckingham Palace. Selebihnya ia banyak menghabiskan waktu di kamarnya atau di halaman belakang rumah.
Seperti hari ini, Ann masih terlalu malas untuk turun dari ranjangnya, udara yang masih terasa dingin di luar yang membuatnya bertahan di kamarnya meskipun hari sudah beranjak siang. Padahal musim semi di Inggris sangat cantik, dimana daratan dipenuhi dengan tunas-tunas daun baru dan bunga-bunga yang bermekaran. Tapi hal itu tidak membuat si gadis mempunyai keinginan untuk sekedar menikmati pergantian musim yang indah.
Rosa sudah berkali-kali mengajaknya keluar di hari libur, tapi Ann selalu menolak. Dan Rosa mengerti mungkin Ann masih berduka atas kematian Radit. Akhirnya Rosa dan suaminya serta anaknya yang bermain ke rumah oma untuk menemani Ann.
Oma sebenarnya prihatin melihat keadaan Ann yang tidak berubah sejak dia pindah mengikutinya ke London. Cucunya masih terlihat murung dan kadang sering menyendiri di kamarnya. Disamping masih berkabung, Ann hanya merasa tidak ada gairah untuk pergi menjelajahi atau melakukan kegiatan di kota itu. Ia bisa tersenyum ketika Leon datang dan bermain dengannya. Sebenarnya ia ingin sekali mengajak anak kecil itu ke taman bermain.
Sudah hampir waktunya sholat dzuhur, Ann segera beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi.
Duduk santai di halaman belakang rumah adalah kegiatan favoritnya. Ann biasanya menghabiskan waktu dengan membaca buku atau hanya mendengarkan kajian agama di laptopnya.
Oma datang, ikut duduk di sebelahnya.
"Kamu tidak ada niat untuk kuliah di sini Anna?"
Ann mengalihkan perhatiannya dari buku yang dibacanya, berhadapan dengan perempuan yang menginjak usia hampir enam puluh tahun itu.
"Ann masih ingin belajar, tapi Ann ingin sekolah di universitas Islam oma."
Oma mengangguk. "Oma perhatikan selama kamu disini, kamu seperti menjauhkan diri dari luar. "
Ann merasa bersalah sebenarnya, ia tahu oma selalu mengkhawatirkan dirinya. Tapi Ann merasa asing sendiri di tengah-tengah keluarganya. Sesuatu yang tertinggal jauh di sana membuatnya selalu merasa tidak nyaman tinggal disini.
"Aku tidak apa-apa oma, hanya belum terbiasa aja." Ann menyentuh lengan wanita itu dengan lembut.
"Keluarlah, lihat di sekitarmu. Kamu akan menemukan sesuatu yang akan membuatmu tersenyum." Oma menyentuh dagu Ann dengan senyum manisnya.
Ann menghela napas, baiklah demi oma demi semua orang disini yang mengkhawatirkannya. Ia akan mencoba membuka hatinya untuk kota ini, untuk sesuatu yang baru disini.
"Baiklah oma, besok aku akan ke Nothing Hill, disana pasti menyenangkan."
Senyum oma merekah.
"Gitu dong, cucu oma yang cantik. Tapi oma tidak bisa nemenin kamu, besok oma harus datang ke gallery teman. Atau kamu ikut saja sama oma?"
Ann menggeleng cepat, membayangkan ia akan berada di antara teman-teman oma yang walaupun sudah berumur tapi tidak bisa berhenti untuk sekedar hang out dan bergosip membuatnya enggan untuk bergabung.
"Tidak oma, aku lagi nggak mau ketemu orang banyak. Ann ingin waktu sendirian, boleh kan?"
"Tentu saja sayang, tapi jangan lupa hati-hati ya."
Keduanya kemudian berpelukan hangat.
.
Ann sedang bersiap untuk memulai hari barunya, dengan jalan-jalan ke luar rumah. Tujuannya adalah Nothing Hill, selain tempat lokasi drama romantik kesukaannya, banyak tempat-tempat menarik di tempat itu. Melihat-lihat hiruk-pikuk pasar di sepanjang jalan, toko-toko buku cantik, dan tentu saja, apartemen berpintu biru yang menjadi tempat tinggal karakter Hugh Grant dalam film Nothing Hill, mungkin akan mengembalikan suasana hatinya.