Ali berkali-kali mengusap wajahnya, terbangun di tengah malam, ketika dirasakannya kembali rasa sakit di dadanya setelah berbicara dengan Ann kemarin. Ia tidak boleh larut dalam kekecewaan ini. Ia tidak ingin tenggelam dalam sakit hatinya sampai melupakan kewajibannya terhadap penciptaNya. Maka ia segera mengambil air wudhu, lalu memasrahkan segala resah hatinya dalam dua rakaatnya. Meminta ampun dan meminta agar dirinya menerima segala kenyataan pahit yang dirasakannya saat ini.
Ali menghela napas pelan masih dalam duduknya, lalu melirik seragam kerja yang tergantung rapi. Seharusnya ia bersyukur bahwa masih ada kebahagian lainnya yang diberikan Tuhan padanya, yaitu pekerjaan. Namun ia memang tidak ingin membohongi perasaannya bahwa rasa sakit karena cinta itu masih ada.
Ini pertama kalinya dia jatuh cinta yang begitu dalam, dan pertama kalinya merasakan hatinya patah berserakan. Begitu mudahnya Ann melupakan semua yang terjadi diantara mereka. Seharusnya Ali menyadari bahwa gadis itu akan sulit untuk ia gapai. Tapi sungguh ia berharap Ann akan bahagia dengan pilihannya. Yang masih menjadi misteri adalah, apakah Ann pernah mempunyai perasaan yang sama dengannya. Mengingat dalam pembicaraan mereka terakhir, gadis itu seperti menyimpan sesuatu hingga mengeluarkan tangisan yang membuatnya ingin menariknya dalam pelukannya.
Sekali lagi Ali mengusap wajahnya, mengakhiri doanya dan bersiap-siap untuk tidur kembali mencoba melupakan semuanya untuk menghadapi hari barunya esok.
.
Sejak pembicaraan di meja makan bersama kedua orangtuanya yang membahas tentang dirinya dan Ali yang akan disatukan dalam satu ikatan, senyum selalu terbit di wajahnya. Membuat siapapun ikut senang melihat Asyifa. Ia tidak sabar ketika proses itu terjadi dan berharap secepatnya abahnya itu segera membicarakannya dengan Ali.
Tapi sepertinya Asyifa belum bisa tenang karena dalam satu minggu ini kiai Hasan dan Umi akan berkunjung ke pesantren Ar-Rahman yang berada di jawa tengah selama satu pekan jadi kemungkinan proses yang diimpi-impikannya harus tertunda dulu. Untuk berbicara langsung dengan Ali sepertinya juga tidak baik dan Asyifa sendiri memang tidak berani melakukannya, ia tidak seagresif itu.
Dan Asyifa juga tidak melihat Ali selama beberapa hari ini di pesantren. Pikirnya mungkin pekerjaan di tempat barunya tidak bisa ditinggalkan.
Asyifa kemudian menemui Sita yang sedang makan di kantin pesantren.
Menyadari ada orang lain yang duduk di sebelahnya, Sita menoleh lalu tersenyum. "Eh ka Syifa."
Asyifa balas tersenyum, "Kamu masih sering kasih kabar sama Ann?"
"Masih kak."
"Gimana kabarnya?"
"Alhamdulillah, Ann masuk ke komunitas pelajar muslim di salah satu kampus di London dan dia banyak belajar disana."
"Syukurlah, dia masih bisa belajar agama. Oh ya ustad Ali masih mengajar kan hari sabtu kemarin?"
Sita mengangguk, meneguk minumannya sebelum menjawab. "Masih kok, oh ya kak, ustad Ali agak beda ya setelah Ann pergi?"
Asyifa menatap Sita dengan sedikit heran. "Iya memang Ali sedikit pendiam, setelah ngisi ceramah pun dia langsung pergi ke kebun."
Sita berguman, "Kayaknya ustad Ali kangen sama Ann."
"Semua orang disini juga kangen sama Ann." ujar Asyifa.
"Kangennya beda kak ... kayak ..."
Dahi Asyifa mengerut, menunggu lanjutan kata-kata Sita.
"Kayak yang lagi jatuh cinta." Sita senyum-senyum sendiri tanpa melihat perubahan raut wajah Asyifa yang sedikit memaksakan untuk tetap tersenyum walaupun sebenarnya ia agak terkejut.
"Maksud kamu, Ali ..."
"Masa kak Syifa nggak lihat kalau mereka lagi berdua." Sita memang polos dan tidak memperhatikan keadaan yang berubah menjadi aneh bagi Asyifa.
"Ann pernah bilang, kalau dia sebenarnya mengagumi ustad Ali dan merasa kalau ustad Ali itu adalah salah satu orang yang berperan dalam perubahan hidupnya. Saya juga sebenarnya nggak terlalu ngerti perasaan mereka tuh gimana. Yang saya lihat mereka bahagia kalau lagi bersama."
Asyifa tidak mungkin menyalahkan Sita yang dengan tanpa berdosanya membicarakan Ali dan Ann. Perkataan yang membuatnya menyimpulkan sesuatu, karena ini memang bukan yang pertama kali ia mendengar tentang kedekatan Ali dan Ann.
"Kak, kalau mereka memang mempunyai perasaan satu sama lain. Kasihan sebenarnya, mereka terpisah dan nggak tahu kapan mereka bisa bertemu lagi."