Matahari sudah mulai naik, ketika Ali melihat Ann kebingungan di dapur.
"Ann, lagi apa?"
"Eh, aku mau bikin telur dadar buat sarapan." Jawab Ann masih membelakangi Ali.
"Kamu bisa masak?" Tanya Ali yang bingung melihat Ann, memegang pisau saja terlihat kaku seperti itu.
"Bisa, masak air, goreng telur sama masak mie instan." Jawab Ann yang masih menyembunyikan wajahnya yang kebingungan. Kalau boleh jujur Ann sebenarnya jarang memakai dapur di rumahnya. Semua makanan selalu dimasak oleh pembantunya. Ia hanya ingin menunjukkan kepada Ali bahwa ia juga bisa menjadi istri yang terbiasa di dapur.
Ali hanya tersenyum kecil tidak percaya, tapi setidaknya istrinya itu bisa menyalakan kompor dan menggunakan wajan atau panci. Ali kemudian berdiri di sebelah Ann, mengambil alih pisau dari Ann. "Saya biasanya kalau goreng telur dadar, goreng dulu irisan bawang merah sama bawang putihnya terus nanti dikocok barengan sama telurnya."
Ann memperhatikan Ali yang mengiris bawang dan menggorengnya.
"Kalau seperti itu, aku juga bisa." Ann memecahkan telur dengan sedikit berantakan dan mengambil goreng bawang yang sudah matang dan dicampurnya dengan kocokan telurnya.
"Gampang ini mah." lanjutnya.
Ali tersenyum melihat kerepotan Ann memasak padahal hanya menggoreng telur tapi dapur sudah kelihatan berantakan dan kotor. Ali sudah terbiasa memasak sendiri, jadi ia termasuk laki-laki yang pandai dalam urusan dapur. Sebenarnya tidak masalah baginya, Ann bisa masak atau tidak. Ia bisa menjadi chef untuk mereka berdua.
Ann kelihatan hati-hati ketika memasukan kocokan ke dalam minyak panas. Ali hanya memperhatikan, memastikan sarapan mereka tidak akan gagal dan membuat mereka hanya makan nasi putih saja.
Ann tersenyum senang ketika telurnya matang dengan sempurna. Mereka membawa makanannya ke atas meja makan.
"Setelah mengantar keluarga kamu nanti kembali ke Jakarta. Bagaimana kalau kita sedikit liburan, mengunjungi taman mini atau dufan? Soalnya saya belum pernah ke sana." ucap Ali dengan jujur.
Ann cukup terkejut dengan kenyataan bahwa suaminya itu belum pernah mengunjungi taman bermain yang sering dikunjunginya.
"Boleh." sahut Ann senang.
Ali ikut tersenyum senang, piringnya sudah penuh diisi nasi dan lauk oleh Ann.
"Oh ya, sekalian nanti kita ke perusahaannya papa. Ada yang mau disampaikan suaminya tante Rosa tentang beberapa surat yang harus aku tandatangani. Juga ada beberapa hal yang harus dibicarakan dengan pengacara, tentang yayasan yang akan didirikan oma disini. "
Ali hampir melupakan bahwa istrinya itu adalah satu-satunya pewaris dari seluruh harta peninggalan Radit. Ada sedikit perasaan rendah diri sebenarnya, ketika menyadari istrinya itu mempunyai harta jauh melebihi dirinya. Tapi tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga tidak lantas membuatnya memanfaatkan keadaan istrinya. Ada kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya dihadapan Tuhan, yaitu menafkahi istrinya dengan baik.
"Saya bersyukur, keluarga kamu ternyata mempunyai kepedulian sosial yang sangat tinggi." Puji Ali ketika mengingat oma.
Ann hanya tersenyum. "Mungkin oma juga udah cape, bersenang-senang terus dengan geng sosialitanya." Ann terkekeh.
"Oma minum vitamin apa ya, masih segar dan aktif seperti itu?"
"Mungkin karena pikirannya positif terus, jadi pembawaanya juga terbawa positif. Jadi kelihatan awet muda kan?"
Ali mengangguk-angguk.
Ann membereskan piring-piring kotor dan mencucinya. Iaa kembali ke meja makan, mengupas buah mangga yang manis untuk cuci mulut mereka.
"Ada beberapa hal yang ingin aku bicarakan sama kak Ali."
Ali memperhatikan Ann, sambil mengambil seiris buah mangga untuk dimakannya.