Hidupku tak begitu indah sebelumku mengenalmu, dan entah kenapa, cara unik ini membuatku bisa mengenalmu, mungkin Allah telah memberikanku sebuah hadiah agar ku tak merasa sepi lagi, dan untuk pertama kalinya aku bisa berteman dengan laki-laki, apakah ini akan menjadi pertemanan yang lama? Entahlah, aku belum bisa menyimpulkan ini, tapi aku merasa hidupku lebih menyenangkan dari sebelumnya, apakah aku memang membutuhkan sosok laki-laki dihidupku?, tapi, akupun masih punya ayah, apa itu terasa beda bagiku?, mungkin aku menemukan sosok kakak yang bisa membuatku tersenyum, ya, aku harusnya punya kakak laki-laki, namun sebelum ia lahir ke dunia ini, ia telah pergi meninggalkan aku yang belum sama sekali lahir dan belum mungkin akan lahir, aku selalu ingin tahu bagaimana wajah kakaku, jika dia benar lahir, apakah dia akan akan menyayangiku?, apakah dia akan menjagaku?, apakah dia akan menjahiliku?, entahlah, akupun tak tahu rasanya, jujur saja aku selalu ingin tahu rasanya punya kakak laki-laki, tapi Allah berkehendak lain. Tapi dengan itu semua,aku masih bersyukur bisa lahir ke dunia ini dengan keluarga yang selalu menyayangiku dan selalu menjagaku, sekarangpun menjadi lengkap karena kehadiranmu, aku merasa bahagia, walau aku belum terlalu akrab denganmu.
Awalku mengenalmu dengan cara yang begitu unik, membuatku sangat tak menyangka, aku mengenalmu saat sedang UTS II dan karena sebuah contekan, aku selalu ingin tertawa ketika berfikir awal mula baru mengenalmu hanya karena kau mencontek kepadaku. Emang sih aku sekelas sama dia, udah hampir 9 bulan, tapi aku mengenalnya ketika saat UTS II itupun masih menjadi teman sepercontekan hahhaha, tapi semakin hari karena contekan itu aku bisa lebih mengenalnya sebagai teman sekelas yang emang udah dari 9 bulan jadi teman sekelas dan baru kenal dekat sekarang?, tapi aku merasa senang bisa mengenalnya, ya walau telat juga sih, pas mau deket sama kenaikan. Haripun berlalu, aku tak saling dekat dikelas saat selesai UTS II, dia hanya menghampiriku ketika emang mau nyontek, karena UTS itu dia sering nyontek, ada sih rasa sebel karena dia dateng pas mau nyontek doang, hmhh, tapi mungkin dia emang nganggep aku temen sepercontekan doang kali ya, bukan temen kelas, tapi gak papa sih, toh aku bersyukur masih punya sahabat yang selalu ada untukku, namanya Reta dia adalah temanku saat kelas 7 sampe sekarang kelas 8, Reta adalah sosok yang tak pernah ku sadari, keakrabanku dengan Reta dimulai dari kekecewaan yang ku alami terhadap Lira, Lira adalah salah satu sahabat berempatku ketika kelas 7, saat kelas 7 aku bersahabat dengan Nida, Alya dan Lira, aku sangat dekat dengan mereka, namun takdir berkata lain saat akan naik ke kelas 8, aku terpisah dari Nida dan Alya mereka berbeda kelas denganku, tapi aku bersyukur Lira masih sekelas denganku, namun dia melakukan hal yang tak pernah dan tak mungkin aku bayangkan, dia telah membuatku kecewa akan keputusan yang ia ambil sendiri, aku merasa telah dikhianati olehnya, karena dia tiba-tiba sebangku dengan teman kelasku yang lain, ya itu mungkin hal sepele, tapi hal itu membuatku sakit, aku merasa tidak dihargai, karena mereka tak menanyakan sama sekali hal yang menyangkut aku juga, bukan karena aku tak mau sebangku dengan Reta, hanya saja aku bingung kenapa Keyla yang ingin sebangku dengan Putri malah aku yang menjadi korban, Keyla adalah teman bangku Fita dan Putri teman bangku Reta, lalu coba bayangkan, kenapa malah dengan Lira, padahal jelas-jelas kalau mau bertukar teman sebangku harusnya Fita sebangku dengan Reta kan, kenapa malah dengan Lira dan disini pula aku tak ditanyai sama sekali, seolah-olah keputusanku tak dibutuhkan, aku tau aku cuma siswi biasa dan tidak terlalu terkenal dikelas, tapi setidaknya mereka harus menanyakan keputusanku juga dong. Hal ini membuat hatiku sakit dan aku tak bisa membendung air dimataku, aku ingin lari dan hanya ingin lari,
Flashback
Hari ini Lira tak masuk sekolah, aku jadi sebal karena tak ada yang ngoceh, Lira tak masuk karena dia sakit, untuk itu aku memaafkannya, karena sebelumnya aku fikir dia bolos, tapi ternyata aku salah sangka, anehnya Fita tiba-tiba menawarkan untuk duduk bersamaku, padahal Keylapun juga sekolah, tapi ternyata Keyla mau duduk sama Putri, dan akhirnya yang duduk sendiri adalah Reta, padahal aku yang harusnya sendirikan, melihat Reta duduk sendiri aku jadi kasihan, aku sempat berfikir, Putri kok tega banget ya sama Reta, dia malah duduk dengan Keyla padahal jelas-jelas Keyla juga duduk dengan Fita, akupun bingung memikirkan hal itu, namun kebingunganku kemarin ternyata terbayar dengan kenyataan pahit yang harus ku jalani, ternyata Fita duduk bersamaku, karena nantinya dia akan duduk disitu dengan Lira, sungguh aku tak menyangka, kenapa sih, Fita gak bilang kemarin, kenapa? Aku tau keputusanku takkan mengubah apapun, walau mereka menanyakan dan aku menjawab tidak, mungkin mereka akan bersih keras untuk menyingkirkanku, kenyataannya aku harus bisa tegar, aku hanya bisa melihat mereka dari bangku temanku Nida, aku berusaha menahan amarahku pada Lira, namun karena tidak bisa menahannya lagi akupun bertanya pada Lira " mengapa tidak memberi tahu aku dulu?", Lira hanya bisa menjawab " aku kira kau sudah diberi tahu Fita " hanya ucapan itu yang keluar dari mulut Lira, dia tak merasa enggan untuk duduk dengan Fita, kenapa Lir, kenapa kau tega melakukan ini padaku?, aku berusaha untuk menahan air mataku agar tidak keluar namun aku tak dapat membendungnya lagi, akupun berlari ke wc mengajak Reta, sebelumnya aku jarang banget pergi ke wc dan karena kejadian itu akupun pergi ke wc , disana aku hanya bisa menangis, hatiku rasanya sakit dan aku tidak bisa mengkontrolnya, namun Reta menenangkan aku, akupun merasa lebih tenang, aku tak menyangka Reta akan sangat mengerti tentang perasaanku saat itu. Setelah begitu lama di wc akupun kembali ke kelas, dan aku melihat Fita yang tak merasa berdosa sama sekali, dia menatapku dengan tatapan yang biasa seperti tidak terjadi apapun, saat itupun aku geram dan berkata" aku gak papa sebangku dengan Reta, tapi aku mau duduk di bangku ini", Fitapun menjawab " iya silahkan, lagi pula tenang aja kan masih deket juga sama Lira, bangku kita kan bersebelahan", aku tak menanggapi Fita sama sekali, dipikiranku hanya aku ingin duduk dibangku ku, aku sangat membenci kejadian itu dan hari itupun aku mengabaikan semuanya baik Keyla, Putri, Fita maupun Lira.
Kejadian itu membuatku menyadari selama ini aku bersahabat dengan orang yang bisa menyakitiku, dan berteman dengan orang yang bisa menenangkanku, mulai saat itulah aku sangat akrab dengan Reta, dia bisa mengerti perasaanku walaupun aku tak mengatakannya, aku bersyukur karena Allah telah membukakan mataku dengan menunjukan Lira yang sebenarnya, Lira ternyata tak mengerti aku sama sekali, padahal aku dekat dengannya saat kelas 7 dan itu udah 1 tahun, namun Reta yang tak begitu dekat denganku bisa mengerti perasaanku, dengan kejadian yang sungguh menyakitkan ini namun banyak memberikan pelajaran bagiku, aku sungguh bersyukur, dan terimakasih ya Allah, engkau selalu menunjukan kebenaran padaku, walau terkadang hal itu akan sangat menyakitiku, namun karena itu juga akan baik untukku, aku ikhlas menjalani ini ya allah.
.
.
“Terlihat baik namun tak baik
Terlihat mengerti tapi tak mengerti
Terlihat menyenangkan namun
menyakitkan
Tertipu?
Entahlah ;(
Akupun bingung
Yang menurutku terbaik namun itu
terburuk
Yang menurutku teburuk namun itu
terbaik
Yang menurutku sahabat ternyata
teman
Yang menurutku teman ternyata
sahabat
Kehidupan ini rumit