Mencintaimu Adalah Histori

Nuriska Beby
Chapter #1

Nala Maheswari

Seorang gadis bertubuh tidak terlalu tinggi tengah bersolek di meja rias. Merapikan atribut sekolah yang dikenakannya di hari pertama bersekolah usai libur kenaikan kelas.

Sebagai siswi yang juga aktif dalam beberapa organisasi dan ekskul di sekolah, nama Nala Maheswari memang cukup dikenal. Hal lain yang tidak pernah lepas dari nama Nala ialah kecintaannya terhadap dunia kepenulisan. Selain itu, jiwa kreatifnya juga turut serta menariknya aktif sebagai salah satu penggagas komunitas prakarya millenials bersama beberapa remaja seusianya di luar sekolah.


"Ma, Nala berangkat dulu, ya. Takut telat, ada apel pagi," pamit Nala pada wanita yang dipanggilnya mama.

"Sarapan dulu."

"Sarapan di sana aja, Ma. Kalo mau apel biasa disiapin sarapan buat petugas, kok."

"Ya udah, minum susu aja. Mama udah siapin," ucap mama sambil melayangkan kode mata menunjuk pada segelas susu putih.

Nala mengangguk.

"Pamit, Ma. Assalamu'alaikum." Nala mencium pipi mamanya lalu bersalaman.

"Waalaikumsalam. Hati-hati!"


***

Nala sampai di area parkir motor siswa. Membariskan motor beat hitamnya di deretan pertama. Ya, berangkat lebih awal membuatnya mendapat barisan terdepan. Ia bergegas menuju ruang OSIS untuk menaruh tasnya sementara dan menyusul teman lainnya sesama petugas apel pagi yang sedang bersiap di lapangan utama.

"Guys, Nala belum telat, kan?" tanya Nala pada sekumpulan petugas yang sedang membantu menata papan barisan kelas.

"Santai, masih pagi kok ini," sahut Ashel.

"Oh ya Shel, Amara dimana, ya?"

"Entah. Eh, Amara dimana, Ras?"

"Amara pergi sama Bara ke ruang kepsek bawa proposal," jawab Laras.

Nala hanya mengangguk-anggukkan kepala seraya berjalan mengambil naskahnya. Pada apel pagi kali ini Nala bertugas sebagai pembaca do'a. Tak lupa ia pun mempersiapkan dirinya dengan sedikit berlatih. Para petugas itu kini tengah menunggu dua rekan mereka yang belum menampakkan diri keluar dari ruang kepsek. Bara dan Amara, Ketua dan Wakil Ketua OSIS SMA Manggala.

Saat kedua manusia itu terlihat berjalan gesit ke arah lapangan utama, semua mata tertuju pada keduanya.

"Guys. Briefing bentar, ya." Semua berkumpul.

"Apel kali ini mungkin bakal sedikit lebih lama dari biasanya, ya. Selesai apel bakal ada beberapa pengumuman dari guru-guru. Tadi udah sempet sarapan semua, kan?" ujar Bara.

"Sudah," jawab lainnya. Nala hanya terdiam. Ia teringat bahwa dirinya belum sarapan. Perutnya memang tidak lapar, tapi sarapan sebelum apel sudah menjadi kebiasaan rutinnya. Ya, gadis dengan sakit maag yang kerap dirasanya itu memang terbiasa memperhatikan asupan untuk tubuhnya, namun tidak dengan hari ini. Ia seperti tidak ingin angkat bicara mempedulikan perutnya itu.

Apel dimulai. Seluruh siswa-siswi serta para guru dan staf sudah berbaris rapi pada barisannya masing-masing. Begitupun dengan para petugas yang telah berada di posisinya. Berjalan cukup hikmat. Hingga tiba giliran pengumuman-pengumuman. Semua siswa dan petugas masih berdiri di posisinya.

"Shel," bisik Nala pada Ashel di sampingnya.

Lihat selengkapnya