Mencintaimu Karena Allah

Irhen Dirga
Chapter #1

Prahara 1

Regino berusaha menyadarkan kepalanya dan kembali kedunia nyata, suara dentuman Musik DJ meramaikan bar ini, Regino kini sedang berpesta miras bersama beberapa temannya yang sengaja ia undang demi meramaikan acara party nya saat ini.

Goyangan likak likuk dari penari membuat Regino malah makin gila meminum minuman keras yang selalu di siapkan bartender untuknya.

Dunianya sudah hancur bersamaan harapan bahagianya. Dia berpikir akan bahagia setelah menikah. Namun, nyatanya tidak.

"Hei, sadar, Bro." Aldi menepuk pundak sahabatnya, lalu duduk di sebelahnya.

"Jangan coba ganggue gue, Di," kata Regino.

"LO HARUS SADAR!" teriak Aldi.

"APA? Gue harus mati malam ini," kata Regino, menghempaskan tangan Aldi.

"Lo jangan kayak gini donk, lo hanya nyiksa diri namanya, bukan nyari mati." Geleng Aldi, merebut paksa gelas dan botol minuman yang beralkohol tinggi lalu menaruhnya di ujung meja agar Regino tak dapat meraihnya.

Aldi menarik Regino untuk menjauh dari suara musik yang begitu keras.

Regino menghempaskan tangan Aldi. "Apaan, sih?"

"Lo harus berhenti, Gin," pintah Aldi.

"Gue udah nggak ada gairah hidup lagi, biarkan gue minum dan pulang dalam keadaan mabuk berat. Hanya itu yang bisa nenangin perasaan gue," kata Regino.

"Rafania pasti nungguin lo, lo harus pulang biar gue yang lanjutin pesta di sini," kata Aldi, berusaha menyadarkan otak sahabatnya.

"Oh, jadi nama perempuan itu, Rafania? Dia yang sudah merebut posisi Tania menjadi istri gue," kata Regino, berjalan sempoyongan karena alkohol sudah hampir menguasai tubuhnya.

"Tania yang udah ninggalin lo, bukan salah Rafania, lo mustinya sadar, Gino. Kini wanita yang lo sakitin terus, adalah istri lo!" tekan Aldi.

"Dia bukan istri gue dan gue nggak pernah nganggap dia istri!" teriak Regino.

"Lo emang nggak pernah bisa berpikir dewasa, selalu saja menganggap semua masalah seenteng ini. Lo harusnya sadar, meski lo nggak pernah nganggap Rafania ada, dia tetap istri lo di mata agama dan hukum di negara ini," kata Aldi, membuat Regino memukul kepalanya keras.

"Bantu gue mati, Di, please. Gue nggak akan pernah bisa hidup tanpa Tania dan perempuan itu hanya pengantin pengganti. Gue bakal cerein dia sampai waktunya tiba." Regino merasa putus asa.

****

Aldi membantu Regino masuk ke rumah, benar dugaan Aldi, Rafania pasti masih menunggu Regino pulang meski malam sudah larut sekali.

"Apa Mas Gino mabuk lagi, Mas?" tanya Rafania bergegas ke lantai atas dan membuka kamar suaminya.

"Iya, Nia, aku bingung sama pria macam ini." Geleng Aldi, lalu menurunkan Regino ke ranjang. Rafania menyelimuti suaminya. "Mana dia sangat berat."

"Makasih, ya, karena kamu sudah mengantar Mas Gino pulang," ucap Rafania.

Wanita berhijab ini, membuat Aldi selalu saja salah tingkah.

"Hem." Aldi melangkah keluar kamar dan Rafania menyusul langkah kaki sahabat suaminya itu. "Kamu yang sabar, ya, aku akan terus berusaha membuat Gino sadar."

"Jangan berusaha terlalu keras. Semua ini salahku, aku yang membohonginya dan menjadi pengantinnya menggantikan Tania. Wanita yang sangat dia cintai." Rafania menyadari itu dan menundukkan kepala.

"Tapi, semua juga salah Tania, dia sudah meninggalkan Gino tanpa sepatah kata pun. Jika saja, Tania pamit, mungkin saja Gino tidak akan berubah seperti ini." Aldi menyesali apa yang terjadi pada sahabatnya.

"Aku juga tidak bisa menghubungi Tania sampai saat ini, aku juga nggak tahu alasannya apa menyuruhku menggantikan dirinya di depan penghulu," kata Rafania mengingat kejadian setahun yang lalu. "Aku sudah berusaha menolak dan bersikeras nggak akan melakukannya. Namun, permintaan Nenek membuatku luluh."

Tania meninggalkan Regino di waktu hari pernikahan mereka, Tania memohon kepada Rafania agar sepupunya itu bisa menggantikan posisinya sebagai pengantin wanita. Rafania sudah menolak, namun Tania makin memaksanya dan berlutut di hadapan Rafania. Sampai Nenek Regino pun ikut memohon pada Rafania. Karena tidak ingin cucunya itu malu di depan semua orang.

"Aku pulang dulu, sudah larut sekali," kata Aldi, melihat jam tangannya.

"Malam sudah larut, apa nggak sebaiknya kamu menginap, Mas?" tanya Rafania.

"Aku juga sedikit mabuk. Baiklah, aku izin nginap semalam, ya. Boleh, 'kan?" tanya Aldi, membuat Rafania mengangguk. "Kamu dan Gino masih pisah kamar?"

Rafania mengangguk. "Boleh, Mas." Rafania tersenyum. "Mas Gino nggak akan pernah mau sekamar denganku, dia sangat membenciku."

"Kamu harus terus bersabar, aku yakin, Gino pasti akan berubah suatu saat nanti." Yakin Aldi.

"Terima kasih."

****

Esok paginya Regino mengerjapkan matanya melihat cahaya masuk ke dalam kamarnya, Regino bangun dan bersandar di kepala ranjang sembari memijat kepalanya. Semalam ia mabuk berat dan pulang dalam keadaan tidak sadar.

Entah Aldi membuangnya di sini atau dengan pelan menurunkannya. Yang pasti ia terbangun dan melihat tubuhnya sudah berada di atas ranjangnya.

Sesaat kemudian, suara ketukan pintu terdengar, Rafania masuk ke kamar suaminya membawa nampan berisi segelas air putih, nasi goreng buatannya dan sebotol obat penghilang mabuk.

"Aku bawakan sarapan untuk kamu, Mas," kata Rafania, membuat Regino menatapnya penuh intimidasi. "Aku juga bawa obat penghilang rasa mabuk. Agar kamu membaik."

Regino memang sangat membencinya, itu di akui Rafania. Tatapan Regino padanya begitu gelap bagai awan hitam yang siap mengeluarkan kemarahan dengan mengundang petir yang saling bersahut-sahutan.

Rafania hendak menaruh nampan di atas nakas. Namun, Regino menghempaskan nampan itu sampai piring juga gelas berjatuhan ke lantai dan seisinya berhamburan.

"Aku sudah bilang jangan bersikap seperti Tania, kamu bukan dirinya dan nggak akan pernah bisa menggantikan Tania di hatiku!" bentak Regino.

"Aku minta maaf, Mas, aku hanya membuatkanmu sarapan," jawab Rafania, memunguti pecahan gelas dan piring yang sudah berserakan di lantai.

"Aku sudah sering mengatakan untuk nggak menampakkan wajahmu di depanku." tekan Regino. "Keluar dari kamarku, SEKARANG JUGA!"

Rafania mengangguk lalu bergegas keluar dari kamar suaminya dengan hati yang sakit.

Lihat selengkapnya