Hamzah mengeluarkan dompet, Hamzah menatap foto saat SMA bersama Intan. Hamzah tersenyum, mengingat masa lalu bersama Intan. Hamzah memberi chat ke Hesti untuk bertemu di cafe.
Hesti minum di cafe dengan gelisah, dua minggu setelah acara pernikahan Yuki. Hamzah menghilang, tidak menjawab pesan dan telepon darinya. Hamzah duduk di depan Hesti, Hesti menatap Hamzah dengan serius.
"Ada apa mas?" Hesti bingung.
"Aku mau membatalkan pernikahan kita, aku tidak bisa mencintai kamu." Hamzah berkata dengan tegas.
"Pernikahan kita dua bulan lagi, kenapa kamu tiba-tiba membatalkan begitu saja?" Hesti bertanya dengan serius.
"Aku mencintai perempuan lain, selama satu tahun kita bersama. Aku tidak bisa mencintai kamu, maaf Hesti."
"Semua karena mbak Intan? Perempuan yang kamu cintai saat SMA?" Hesti berkata dengan tegas.
"Aku ingin memperjuangkan Intan sekali saja, aku tidak ingin kamu menunggu dan kecewa." Hamzah menjelaskan, Hesti menarik nafas untuk menenangkan dirinya.
"Aku akan menunggu kamu untuk terakhir kalinya, jika bulan depan kamu bisa membuat mbak Intan mencintai kamu. Aku akan membatalkan pernikahan kita, tapi jika gagal. Pernikahan kita tetap dilaksanakan."
"Aku setuju, semoga kamu tidak membenci aku dan Intan setelah ini. Assalamu'alaikum," Hamzah berdiri dan pergi.
Hesti menangis, Hesti mencintai Hamzah. Hamzah mulai mendekati Intan, Hamzah pergi ke rumah Intan saat hari minggu dengan membawa kue kesukaan Intan saat SMA. Hamzah menekan bel rumah Intan, Intan keluar dari rumah.
"Mas Hamzah?" Intan terkejut melihat Hamzah.
"Hai, aku bawa kue kesukaan kamu." Hamzah tersenyum, memberikan kue pada Intan.
"Terima kasih, silahkan masuk." Intan menerima kue dengan bingung, mereka duduk di sofa.
"Sebentar ya mas, aku ambilkan minum." Intan pergi ke dapur, Intan membuat minuman. Ibunya datang mengambil minum.
"Siapa yang datang?" Siti bertanya pada putrinya.
"Mas Hamzah," Intan menjawab pertanyaan ibunya.
"Hamzah teman SMA kamu?" Siti bertanya dengan bingung.
"Iya, mas Hamzah teman SMA." Intan mengambil cemilan dan meletakkan di nampan.
"Sejak kapan kalian bertemu? Bukannya sebelum pernikahanmu, dia pindah ke desa? " Siti bertanya dengan bingung.
"Saat pernikahan Yuki, mas Hamzah datang sebagai tunangan teman Yuki." Intan menjelaskan.
"Tunangan? Sebaiknya jangan terlalu dekat dengan laki-laki yang sudah terikat dengan perempuan." Siti menasehati putrinya.
"Iya ma, Intan juga sadar. Intan tidak pantas untuk mas Hamzah," Intan mengatakan dengan tegas.
"Bukan maksud mama mengatakan kamu tidak pantas untuk Hamzah, tapi mama tidak ingin kamu dihina oleh keluarga mereka." Siti menasehati putrinya.
"Iya ma, Intan paham. Intan bawa minuman dulu untuk mas Hamzah," Intan keluar, Intan terkejut melihat Ella yang akrab dengan Hamzah.