"Ayah serius? Aku boleh menikah dengan Intan?" Hamzah bertanya dengan ragu.
"Ayah merestui kalian, lusa kita lamar Intan untuk jadi istri kamu." Rahmat berkata dengan tegas.
"Kenapa ayah tiba-tiba setuju?" Hamzah merasa curiga.
"Ayah bertemu dengan Hesti, dia menceritakan semuanya. Kata Hesti, Intan perempuan yang baik. Jadi ayah harus merestui kalian." Rahmat menjelaskan.
"Besok kita bertiga belanja beberapa barang untuk melamar Intan, ibu sudah tidak sabar melihat Hamzah menikah." Ratna tersenyum bahagia.
"Sekalian kita tentukan tanggal pernikahan, pernikahan harus dilaksanakan secepatnya." Rahmat menatap putranya.
Intan berhari-hari menunggu kedatangan Hamzah, namun Hamzah tidak pernah datang. Intan merasa kecewa.
Yusuf dan Yuki pergi ke rumah orang tuanya, Fatimah dan Abimanyu memeluk putri tercinta.
"Akhirnya kamu datang, papa rindu sama kamu." Abimanyu tersenyum menatap putrinya.
"Kami punya berita yang bahagia, papa mama mau tahu?" Yuki tersenyum.
"Berita apa sayang?" Fatimah bertanya dengan bingung.
"Aku hamil, papa dan mama akan memiliki cucu." Yuki tersenyum menatap kedua orang tuanya, Abimanyu dan Fatimah memeluk putri mereka.
"Hari ini kalian menginap saja, besok baru pulang ya." Fatimah menatap putrinya, Yuki menatap suaminya. Yusuf menganggukkan kepalanya, Yuki menatap ibunya.
"Iya ma, kami akan menginap." Yuki tersenyum.
"Kamu tidur sama mama, Yusuf tidur sama papa." Fatimah tersenyum.
"Aku terserah papa dan mas Yusuf," Yuki menatap Yusuf dan Abimanyu.
"Papa tidak masalah tidur dengan Yusuf," Abimanyu menatap menantunya.
"Saya juga tidak masalah tidur sama papa," Yusuf merasa takut.
"Kamu mau tidur di kamar mama atau kamar kamu?" Fatimah menatap putrinya.
"Di kamar mama saja, papa dan mas Yusuf tidur di kamar Yuki." Yuki tersenyum.
Malam harinya, Yusuf dan Abimanyu tidur bersama.
"Papa tahu, pasti berat memiliki istri seperti Yuki yang manja." Abimanyu menatap langit-langit kamar.
"Maksud papa?" Yusuf bingung.