Yuki menatap sahabatnya Hesti yang bersama Fandy, Yuki bingung.
Yusuf mendekati istrinya yang terdiam, "ada apa sayang?"
"Kamu lihat mas, sepertinya Hesti dan Fandy saling mencintai."
"Lalu kenapa sayang?" Yusuf bertanya dengan bingung, Yuki menatap suaminya dengan serius.
"Kamu tahu Fandy seperti apa? Aku hanya takut Hesti hanya lelucon untuk Fandy."
"Kamu tenang saja, mungkin Fandy sudah berubah. Karena cinta sejati Fandy sudah datang, dia akan berubah untuk perempuan yang dia cintai." Yusuf tersenyum menatap istrinya.
"Kamu yakin Fandy berubah?" Yuki bingung.
"Belum tahu, tapi dari tatapan Fandy. Dia serius mencintai Hesti," Yusuf menatap istrinya.
"Tapi jika Fandy menyakiti Hesti bagaimana?" Yuki bingung.
"Kita hajar dia, jika Fandy menyakiti Hesti." Yusuf tersenyum menatap istrinya.
"Okay, kita hajar dia." Yuki tersenyum menatap suaminya.
Acara pernikahan selesai, dua bulan berlalu. Hari sabtu, Yusuf di rumah sedang menonton kartun bersama istrinya.
"Mas, aku lelah. Ayo kita istirahat," Yuki tersenyum.
"Iya sayang," Yusuf tersenyum, Yusuf menemani Yuki hingga tertidur. Yusuf keluar dari kamar, Yusuf lanjut menonton televisi.
Yusuf mendapatkan telepon dari Fandy, "assalamu'alaikum pak Yusuf, bapak di rumah sekarang?"
"Waalaikumsalam, iya saya ada di rumah. Ada apa ya?" Yusuf bingung.
"Saya mau belajar agama sama pak Yusuf, boleh ya pak Yusuf?" Fandy memohon, Yusuf bingung dan terdiam.
"Boleh, tapi kamu jangan mencari keributan dengan istri saya. Dia sedang hamil, kamu harus mengalah dengan perkataannya." Yusuf menasehati.
"Iya pak, saya tidak akan mencari masalah dengan Yuki. Saya hanya ingin belajar agama, terima kasih pak." Fandy merasa bahagia.
"Ya sudah, saya share alamat rumah saya. Assalamu'alaikum," Yusuf mematikan panggilan telepon.
"Waalaikumsalam," Fandy tersenyum bahagia melihat alamat rumah Yusuf, Fandy segera pergi ke rumah Yusuf.
"Assalamu'alaikum pak Yusuf, saya sudah ada di depan rumah." Fandy mengirimkan pesan, Yusuf membaca pesan dan keluar rumah.
Yusuf membuka pintu, Fandy dan Yusuf duduk di sofa.
"Kamu ingin belajar tentang apa, dan apa alasannya?" Yusuf bertanya dengan serius.
"Semuanya pak, saya ingin menikah dengan Hesti." Fandy menjawab dengan semangat.
"Sebelumnya niat kamu salah, belajar agama harus dari hati." Yusuf menasehati.
"Jadi bagaimana pak Yusuf?" Fandy bingung.
"Lupakan tentang Hesti saat belajar, niatkan untuk dirimu lebih mengenal tuhanmu." Yusuf menasehati.