Mencuri Tanah Kahyangan

Anisha Dayu
Chapter #1

UTAS X

Elin mengelap telapak tangannya yang berkeringat di celana. Sudah seminggu tapi kakaknya yang hilang di pedalaman Kalimantan belum juga ditemukan. Pihak yayasan tempat penyalur kerja kakaknya mengatakan mereka akan membantu mencari bersama polisi, tetapi nyatanya mereka belum memberi kabar sampai detik ini.

Bagaimana keadaan kakaknya di luar sana? Apakah makan dengan baik? Apakah sehat-sehat saja?

Dia pun menghela napas sedih seraya meraih buku harian milik ibunya yang tidak sengaja ia temukan di koper tua ketika ia membereskan kamar orang tuanya dua minggu pasca kematian mereka. Pada sampul buku itu tercetak tulisan AGENDA 1987 dengan tinta emas. Isi buku itu kurang lebih adalah kenangan ibunya dari masa SMA sampai tahun kelahiran kakaknya.

Dua foto usang yang terselip di antara sampul buku tiba-tiba terjatuh.

Sejujurnya dia tak tahu apapun mengenai foto pertama. Di foto itu ada ibunya yang masih duduk di bangku SMP beserta perempuan lain dengan wajah persis ibunya tengah menggendong bayi. Dari dulu Elin begitu penasaran dengan sosok perempuan asing dan bayi itu. Apakah saudara ibunya? Ibunya hanya pernah bercerita jika orang tuanya telah meninggal saat masih kecil. Kemudian, ia dititipkan di rumah paman dari pihak ibu di Surabaya selama beberapa tahun sebelum pindah ke Jakarta tahun 80an. Ibunya sama sekali tak pernah bercerita kalau ia memiliki saudara perempuan.

Tak ada yang bisa ia tanyakan terkait masalah ini karena satu-satunya keluarga yang ibunya yang masih hidup hanyalah anak-anak pamannya yang tinggal di Surabaya itu. Mau bertanya pun enggan karena dirinya tidak dekat dengan kerabat jauhnya tersebut.

Elin membalik foto pertama itu. Terdapat tulisan DIANA, DARA, YANA yang merupakan tulisan tangan ibunya. Ia pun menaruh kembali foto itu ke meja.

Air matanya terjatuh saat tatkala melihat foto kedua. Di foto itu ayahnya menggendong dirinya yang masih bayi, sementara ibunya tengah tersenyum sambil merangkul kakaknya.

“Abang ... kapan pulang?” tanyanya lirih.

Anak perempuan itu seketika duduk tegak dan menggebrak meja. Tangannya terkepal erat hingga urat-uratnya menyembul. Ini jalan terakhir. Jika kepolisian, perusahaan, dan asosiasi pekerja tak bisa memberikan kejelasan di mana kakaknya berada, maka ia akan meminta bantuan warganet budiman. Berkat wargnet, kucing hilang saja bisa ketemu dalam sehari, apalagi manusia?

Seperti bunga layu yang baru disemprot air, Elin segera mengikat ulang cepolan rambutnya yang longgar sebelum berkutat di depan laptop butut peninggalan kakaknya. Ia lalu membuka aplikasi burung biru di peramban. Senyum semringahnya terkembang.

Semoga ini berhasil. Semoga kakaknya bisa segera ditemukan.

X, please do your magic. Telah hilang kakak saya, terakhir dilihat tanggal 7 Agustus di sekitar perkebunan kelapa sawit Bukit Tunggal. Ia mengetik pada kolom posting dengan menyertakan sebuah foto kakaknya yang sudah ditambahkan berbagai keterangan.

NAMA: ALAN IRAWAN

Ciri-ciri:

- Umur 26 tahun

- Tinggi 173 cm

- Terakhir dilihat mengenakan seragam perusahaan PT. RIMBA BUKIT UTAMA

Lihat selengkapnya