Mencuri Tanah Kahyangan

Anisha Dayu
Chapter #6

TRAGEDI

Waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke Pelabuhan Balikpapan adalah dua hari dua malam, sudah termasuk transit di Surabaya dan Ujung Pandang. Selepas dua jam berlayar, Didit tiba-tiba mabuk laut. Bolak-balik muntah membuat energi bocah itu terkuras habis.

Kekacauan sempat terjadi ketika Roy mencoba membawanya ke klinik kapal. Walaupun tidak bertenaga, Didit rupanya masih gesit untuk berkelit dari cengkeraman Roy dan bersembunyi di toilet. Suara gaduh mereka menarik perhatian beberapa penumpang. Roy yang mulai kehilangan kesabaran akhirnya meminjam empat mahasiswa Pak Eka untuk membantu menyeret bocah itu keluar.

“Dua hari lo bakal ada di kapal ini, Didit! Apa lo kuat nahan sakit selama itu, hah? Kalau lo mokat1, tinggal gue ceburin ke laut, ya!” Roy dengan jengkel memukul betis bocah itu sampai si empu kaki mengaduh keras.

Didit yang meringkuk di atas bangsal menggumam lirih, “Ya, maaf Om.”

“Lagian, kenapa tadi berangkat nggak bilang kalau lo gampang mabuk laut? Gue kan bisa ke klinik dulu buat ambil obat.”

“Aku takut ketemu dokter, Om. Takut disuntik.”

Roy mengusap wajah dan nyaris meledak. Beruntung tepat saat itu dokter jaga perempuan membuka gorden penyekat yang memisahkan tempat tidur Didit dengan pasien sebelah.

“Selamat sore. Ada keluhan apa?” tanya si dokter seraya mendatangi Didit. Dengan cekatan ia memasang stetoskop, lalu memeriksa denyut jantung, paru-paru, serta organ pencernaan Didit.

“Mabuk laut. Biasa, Dok. Baru pertama kali naik kapal,” balas Roy sambil tersenyum genit.

“Oke, ada keluhan lain selain pusing dan mual?” Si dokter mengambil buku catatan kecil dari dalam saku jasnya.

“Biar cepat sembuh harus bagaimana, Dok?” sela Didit sebelum Roy melancarkan rayuannya pada dokter itu.

Si dokter perempuan tersenyum kecil sebelum menjawab, “Ya, harus disuntik supaya cepat sembuh.”

Didit melotot penuh teror.

“Ya, sudah. Disuntik aja kalau begitu, Dok.”

“Om Roy!”

Mereka menghabiskan lima belas menit di klinik. Setelah dokter jaga meresepkan obat anti mual yang bisa dikonsumsi jika gejala mabuk lautnya kembali, Roy menarik bocah itu ke geladak untuk menghirup udara segar.

“Kenapa masih nangis, sih? Tadi kan nggak jadi disuntik?” tanya Roy sewot.

“Ya, habisnya. Aku takut, Om.”

Roy mendengkus dan melemparkan sekantong manisan buah pala kering padanya. Sebelum berangkat tadi, beberapa keluarga mahasiswa memberikannya banyak camilan sebagai ucapan terima kasih.

Didit yang tadi sedang bengong menatap laut pun terperanjat. “Ini boleh aku habiskan semua, Om?”

"Boleh," sahutnya sembari menuang wedang jahe yang terbungkus kantong plastik ke dalam gelas enamel miliknya. Wedang itu juga pemberian salah satu keluarga mahasiswa. Entah yang mana. Lupa.

“Om yakin nggak mau?”

Lihat selengkapnya