Elin mendengkus sebal karena cahaya lampu yang menyilaukan membuat mata perih. Ia pun menguap dan merenggangkan badan. Tangan, leher, beserta punggungnya kebas. Ia memperhatikan sekeliling. Laptop yang menyala. Meja tamu serta sofa belel dengan robekan di sana-sini. Lemari pajangan yang tak terisi. Ini bukan kamarnya.
Selama beberapa saat ia bengong sambil mengingat-ingat kenapa ia bisa berakhir tidur menelungkup di atas meja belajar. Penyebabnya pasti berkat dirinya asyik membaca komentar serta memilah-milah pesan masuk sampai lupa waktu.
Anak itu pun menegakkan tubuh, kemudian menelengkan kepalanya ke kiri dan kanan. Bunyi gemeretak tulang menggema, membuatnya mengaduh. Tangannya yang kaku dikibas-kibaskan hingga sensasi kesemutannya hilang.
Di meja tercetak bekas air liur yang menjelejeh tanpa sengaja saat dirinya tidur. Ia pun mengelapnya asal dengan ujung kaosnya seraya menguap lebar. Sewaktu berdiri, ia tak menyadari ada sesuatu yang melorot dari pundaknya lalu terjatuh menutupi sandaran kursi. Ia berbalik dan terkejut mendapati selimut kotak-kotak abu-abu cokelat pemberian kakaknya.
Kapan dia mengambil selimut?
Elin meraih benda itu. Samar-samar tercium bau tidak sedap. Karena penasaran, ia mendekatkan ke hidung dan menghidu aromanya. Anak itu sontak menjeluak. Baunya sungguh tak tertahankan; seperti telur busuk yang disimpan dalam lemari selama berbulan-bulan. Ia buru-buru berlari ke kamar mandi untuk merendam selimut itu dengan deterjen cair.
Kamar mandi dan dapur hanya sejauh dua langkah. Begitu keluar, ia bisa merasakan angin malam yang berembus melalui jendela dapur yang terbuka menerpa wajah.
Elin memandang bingung. Ia yakin sekali dirinya tak pernah lupa pesan kakaknya untuk selalu menutup menjelang jam lima sore. Akan tetapi, kenapa jendelanya sekarang terbuka? Seketika ia merasakan bulu kuduknya meremang.
Di sini nggak ada hantu. Oke, di sini ngak ada hantu. Elin merapal kalimat itu berkali-kali. Logikanya, jika unit rusunawa ini berhantu, tetangganya pasti juga digentayangi juga, kan? Masalahnya, ia tak pernah mendengar rumor menakutkan itu semenjak pindah ke tempat ini.
Tak ingin membuang waktu, Elin lekas menutup jendela dapur, mematikan laptop, dan masuk ke kamarnya dengan seluruh lampu yang dibiarkan menyala. Di ujung tempat tidur, ia meringkuk seraya menutupi sekujur badannya dengan kain sarung.
Karena sekarang masih jam dua malam. Ia pun memutuskan untuk tidur kembali. Sayangnya, ia tetap terjaga sampai pagi menjelang. Pikiran-pikiran paranoidnya tak kunjung hilang meskipun ia sudah berdoa, mencuci muka, dan menyalakan pemutar musik keras-keras. Masa bodoh jika suaranya tembus sampai ke unit sebelah. Ia tinggal meminta maaf pada Bu Iis dengan menyertakan alasan yang bisa ia buat spontan. Bu Iis pasti paham.
Anak itu pun keluar dari kamar seperti zombie. Rambutnya awut-awutan ditambah mata berkantung dan menghitam. Tadinya ia ingin tidur lagi, tapi ia mengurungkan niatnya lantaran ia sudah memantapkan hati untuk menemui pemilik akun bernama FlowerTarot itu.
Semalaman ia sudah menyelediki akun itu secara menyeluruh. Rupanya FlowerTarot itu memiliki followers sampai sepuluh ribu lebih dengan status yang sering mendapatkan likes, retweet, dan komentar hingga ratusan. Yang lebih mengejutkan, si FlowerTarot juga memiliki akun Youtube dan Tiktok yang sangat aktif dengan tema yang tak jauh-jauh dari soal pembacaan tarot dan ramalan. Testimoni klien-klien yang meminta bantuan FlowerTarot itu pun sudah tak terhitung jumlahnya. Ada juga beberapa artis dan seleb internet yang pernah memakai jasanya.
Kalau boleh jujur Elin bukan orang yang mudah mempercayai hal-hal semacam itu, makanya ia sempat mengira akun FlowerTarot itu penipu. Akan tetapi, tak ada salahnya mencoba, kan? Lagi pula sampai detik ini dari sekian banyak komentar, retweet, dan pesan masuk ke akun X dan ponselnya, tak ada satu pun yang mampu memberikan petunjuk.
Elin berencana berangkat jam sebelas siang setelah memperkirakan waktu tempuh dari rusunawa yang ia tempati sampai alamat yang diberikan si FlowerTarot. Jakarta, transportasi umum, dan hari Minggu bukanlah kombinasi yang bagus. Ibarat memutar gacha1, tidak ada yang tahu kapan akan terjadi kemacetan dan keterlambatan armada kendaraan. Jadi, lebih datang lebih awal daripada pulang karena jengkel.
Tepat pada waktu yang sudah direncanakan, anak itu melangkah keluar dari unit rusunawanya. Ketika ia hendak mengunci pintu, mendadak bayangan hitam yang diikuti dengan angin kencang lewat di belakang.
Kunci yang dipegangnya jatuh. Elin mematung di tempat.