Mencuri Tanah Kahyangan

Anisha Dayu
Chapter #8

KESALAHPAHAMAN

Mira menaiki tangga sambil menggerutu. Kedua tangannya penuh kantong plastik berisi minuman ringan beserta berbagai camilan. Sialan. Kenapa dia tidak memerintahkan Rian untuk belanja dulu sebelum membersihkan AC di ruangannya?

Wanita itu menendang pintu ruangannya dengan kesal.

Rian yang duduk atas tangga lipat pun terlonjak. Beruntung penutup AC yang di tangannya tidak terlepas. “Tan, kalau buka pintu pakai perasaan, dong!” serunya sewot.

“Bawel kamu.” Mira berjalan menuju meja kerjanya, lalu menaruh seluruh belanjaannya di meja. Ia kemudian merogoh laci dan meraih ponsel yang lupa dibawanya ke minimarket tadi. Ada tiga panggilan tak terjawab.

Wanita melotot saat mengetahui siapa yang telah menelpon. Ia buru-buru menghampiri Rian yang tengah memasang penutup AC. “Sudah selesai belum?”

“Sudah, memangnya kenapa?” tanya Rian bingung.

“Ikut Tante ke restoran Uda.” Tanpa menunggu jawaban, Mira mencengkeram lengan keponakannya itu dan menyeretnya keluar.

Dengan tergopoh-gopoh pemuda itu membawa tangga lipat setinggi dua meter yang ia gunakan untuk mencuci AC. “Ih, kenapa sih, Tan?” tanyanya jengkel lantaran sempat tersandung ketika menyesuaikan langkah dengan Mira. Tadinya ia ingin protes, tetapi begitu melihat ekspresi galak tantenya, ia pun memilih diam.

Setibanya di restoran, Mira tanpa tedeng aling-aling naik ke lantai dua karena tak menemukan Arai di meja kasir dan palung. “Uda!” teriaknya sambil menggedor-gedor pintu kamar Arai.

“Hei, waang baduo, manga ribuik di siko1?”

Mira dan Rian sontak menoleh ke belakang. Arai yang tengah menggendong kucing oranye gendut gelagapan tatkala mendapati mereka menatapnya dengan ekspresi berbeda; satu nyalang seperti ingin menelan orang bulat-bulat, sementara yang lain kebingungan.

“Uda tadi lihat anak ini datang kemari? Namanya Elin.” Mira menunjukkan sebuah potret selfie anak gadis berseragam SMA dari ponselnya. Foto itu ia dapatkan dari kemampuan Rian dalam menguntit media sosial seseorang.

Arai membungkuk demi menyamakan tingginya dengan ponsel Mira. Ia meneliti foto si bocah. Sebelah alisnya kemudian naik. “Tadi dia ke sini makan siang. Terus sudah pulang.”

Mira tiba-tiba menjerit. “Kenapa nggak ditahan!”

“Ya, mana Uda tahu kalau kamu punya janji sama dia. Memangnya kamu bilang sama Uda?” balas lelaki itu tak kalah sewot. Kucing yang digendongnya sampai loncat dan pergi menuruni tangga lantaran kaget.

Mira mengembuskan napas kasar untuk menetralkan amarahnya. “Oke, aku salah. Maaf Uda. Sudah lama anaknya pergi?”

Arai menggeleng. “Belum. Bisa dikejar kalau naik motor.”

Ekspresi wajah Mira mendadak semringah, lalu menepuk-nepuk lengan Rian. “Kamu cepat kejar sana!”

Rian yang masih berusaha memproses apa yang tengah terjadi cuma bisa menggaruk alis. Awalnya dia ingin membantah, tetapi karena takut dimarahi Mira, ia menurut saja. Namun, baru dua langkah ia berhenti dan berbalik. “Pergi ke mana cewek itu, Uda?”

“Arah halte bus,” jawab Arai sambil mengetuk-ngetukkan jari pada pahanya beberapa kali membentuk sebuah sandi yang berarti:

Ada orang yang mengikuti anak perempuan itu.

Rian setengah terkejut setelah melihat kode dari Arai. Ia lalu mengacungkan jempolnya tanda mengerti.

Hanya ada satu jalan besar yang bisa dilalui untuk mencapai halte bus, jadi untuk menemukannya adalah perkara mudah. Urusan dengan orang-orang yang mengikuti Elin bisa dipikir nanti, apalagi jalanan yang dilewati olehnya termasuk jalan utama yang selalu ramai. Rian pun bergegas sebelum kehilangan jejaknya.

Dua menit sesudah Rian pergi, Arai berdeham cukup keras sehingga ia menarik perhatian Mira yang sedari tadi memainkan ponsel. “Kamu nggak mau cerita sama Uda soal ini?”

Mira mulanya terlihat enggan untuk menceritakan. Akan tetapi, hal ini menyangkut masa lalu Arai, jadi mau tak mau lelaki itu harus mengetahuinya. Wanita itu terbatuk guna membersihkan tenggorokan sebelum menjelaskan, “Seperti yang aku bilang kemarin, anak itu sedang mencari kakaknya yang hilang di Bukit Tunggal.”

Arai seketika tertawa. “Aduh, Mira. Dua hari berturut-turut Uda terima kabar orang hilang. Apa semua orang menganggap Uda posko pengaduan sekarang, hah?”

Lihat selengkapnya