Mendadak Backpacker

Hamli Akbar Pramulyana
Chapter #1

Prolog

Cellosht, seorang sahabat yang sudah aku kenal sejak dari usia delapan tahun, ia adalah pemuda periang namun dapat berubah serius dalam waktu yang bersamaan, kecintaannya akan dunia seni membuatnya menjadi sosok yang santai namun tetap menjadi pribadi yang sopan, baginya seni seperti membawa kebahagiaan tersendiri yang juga dapat ku rasakan saat ia mengajakku untuk ikut dengannya melakukan perjalanan ke pulau Simeulue bersama Bursek: singkatan dari BURuk dan brengSEK, ya si vespa tangguh.

Pulau ini terletak di bagian selatan Aceh. Perjalanan itu terjadi pada tahun 2012. Pada saat itu ia sedang menjalin kasih dengan seorang gadis dari suku Devayan yang tinggal di pulau tersebut. Aku dan seluruh keluargaku yakin suatu saat nanti ia akan menikahinya.

Suatu hari di tahun 2017 ketika kami sedang menikmati secangkir kopi hitam di tepi pantai Ujong Pancu, Cello berkata: “Ronald, gue mau ke Jakarta.”

Bayangkan betapa terkejutnya aku ketika bertanya, “Sampe kapan lo disana?” dan ia menjawab, “Mungkin sampe tahun 2018 cuy, gue pengen merantau kesono tuk ngembangin bakat Tapeart: seni kolase dari selotip. Barangkali disana nanti gue ketemu banyak orang yang ingin membeli Nald, kalo bisa gue tabung lumayan duitnya untuk gue pake ngelamar Ina.”

“Trus gimana dengan Ina Cell?” tanyaku.

“Kalo dia emang bener cinta, gue yakin banget dia bakal nunggu gue pulang.” begitu jawabnya santai.

Aku sudah terbiasa dengan antusiasme sahabatku yang bisa muncul secara mendadak, tetapi aku juga tahu betul bahwa ia sangat mencintai gadis suku Devayan itu, sudah enam tahun mereka menjalin asmara, dan aku kira hal ini akan mengurangi kehausannya mencari cakrawala baru. Aku bingung. Kali itu aku tak dapat memahami Cello. Ada hal-hal tentang dirinya yang tak bisa aku pahami dengan baik.

Lihat selengkapnya