Mendadak Backpacker

Hamli Akbar Pramulyana
Chapter #4

Rimba Beton

Bulan purnama yang mengintip dibalik gedung pencakar, tak menghalanginya unuk menyinari setiap sudut lorong jalanan dengan percikan sinar keperak-perakan.

Sembari duduk di emperan trotoar, aku terus menerus menatap langit kelam jakarta yang telah tercemar oleh polusi, pikiranku mengembara. Bagiku langit selalu merupakan sahabat terpercaya, kawan yang menyerap segala yang kau utarakan tanpa mengkhianati rahasiamu, dan selalu memberikan nasihat terbaik: suara yang bisa kau tafsirkan sekehendak hati.

Akh, aku jadi teringat kepada Ronald yang beberapa tahun lalu aku ajak ikut touring bersama bursek mengelilingi pulau Simeulue. Waktu itu, dia sedang rebahan di depan bivak dan memandang langit, baginya langit adalah tontonan yang baru dan aneh serta menggelisahkan, hal itu tercermin dalam intensitas tatapan matanya ketika memperhatikan jutaan bintang yang bersinar lalu kemudian meredup dan bersinar kembali.

Ronald baru pertama kali mengunjungi pulau Simeulue di usianya yang baru saja memasuki dua puluh tiga tahun, dan ia amat terkesan dengan perjumpaan yang membuka jalan tak terbatas untuk melakukan petualangan. Angin malam yang dingin mengalir seiring ombak di pantai yang naik-turun, itu mengubah semua yang di sentuhnya.

Lihat selengkapnya