Saldo tersisa di tabungan tinggal satu juta rupiah. Sementara itu, ia masih juga menganggur, dan menulis novel sepertinya sudah bukan lagi penopang hidupnya. Ia harus memutar otak untuk segera mendapatkan penghasilan.
Daftar kontak mulai ia pelototi satu persatu, barangkali ada orang yang bisa menolong hidupnya dengan memberikan lowongan pekerjaan.
Satu persatu ia kirim pesan WA. Semua grup yang ia punya pun ia tanya, apakah ada pekerjaan cepat yang bisa ia dapatkan.
Tak satupun respon bagus yang ia dapatkan. Semuanya seolah tak peduli dengan hidupnya.
Ia ingat ada beberapa saudara dari ayah ibunya yang sebenarnya bisa membantu, tapi Aa tidak sudi meminta pertolongannya. Ia ingin hidup dari keringatnya sendiri, bukan bantuan saudaranya.
Lagi-lagi ia terpikir pada Freddy temannya yang tempo hari bertemu di café Tentrem. Aa pun menelponnya.
“Halo broooo,gimana kabar lu?” sapa Freddy dari balik telepon.
“Jelek Sobbb, gue mungkin bisa mati kelaperan seminggu lagi ini, bangkrut abis sob gue. Lu bisa tolong gue ga, siapa tau lu ada pekerjaan apa kek yang bisa cepet ngehasilin duit?” tanya Aa dengan penuh harapan.
“Gini bro…kebetulan paman gue yang di Jalan Punakawan itu punya restoran sunda. Lagi butuh karyawan baru, terutama untuk bagian pelayanan, tapi kayaknya yang ginian mah gak masuk dah sama jiwa lu,” kata Freddy.
“Sob, gue butuh makan juga, gue harus bayar kost juga, gw mau kok jalani itu, yang penting gue bisa bertahan hidup,” kata Aa.
Akhirnya, berselang dua hari, Aa mendapatkan telpon dari Om Surya, paman dari Freddy yang membuka restoran Sunda bernama Raja Rasa.
“Halo, ini dengan Nak Satria?” sapa Surya dengan nada lembut.
“Halo, iya Pak, saya Satria, maaf ini dengan siapa?” tanya Aa.
“Ini Surya, Omnya Freddy. Dia sudah cerita, katanya kamu mau kerja di tempat kami, apakah betul Nak Satria?” tanya Surya.
“Siap Pak, saya siap bekerja di tempat Bapak, terima kasih ya Pak” jawab Aa dengan girang.
Hari pertama kerja menjadi hari yang sedikit aneh bagi Aa yang terbiasa berjibaku dengan laptop, tapi kini ia berhadapan dengan dapur, chef, dan juga pengunjung yang harus ia layani dengan baik.
“Selamat pagi Nak, kamu sudah siap bekerja kan hari ini?” sapa bosnya langsung sambil menunggu pegawai lainnya karena rupanya Aa datang terlalu pagi dan kebetulan sang pemilik resto juga datang memang selalu lebih pagi dari karyawannya.
“Selamat pagi pak, saya baru dalam pekerjaan seperti ini, semoga saya bisa bekerja dengan baik,” kata Aa dengan semangat 50%.
Ia memang belum sepenuhnya bisa menerima kenyataan bahwa ia menjadi pelayanan di restoran.
Setelah mendapatkan arahan singkat, Aa mulai menjalankan tugasnya. Ia memantau pengunjung, jika ada yang datang ia harus sigap menawarkan bantuan.