Betapa magnetisnya sebuah kasur itu. Rasanya Naomi enggan beranjak darinya meski bunyi alarm ponselnya begitu nyaring selama beberapa menit. Ditambah dia masih terlalu kelelahan untuk masuk sekolah hari ini.
Kasurnya empuk. Seprainya lembut. Naomi merasa dirinya sedang direngkuh. Sangat nyaman. Alarm berbunyi nyaring lagi. Dia berpikir kamarnya terlalu polos karena suara ponselnya menggema di sudut ruangan. Memang tidak terlalu banyak pernak-pernik seperti kamar anak cewek pada umumnya. Kamarnya didominasi warna biru dan putih seperti langit ketika cerah.
Setidaknya, warna kamarnya membuat kehidupannya tidak terlihat begitu muram.
Meja belajar terletak di dekat pintu masuk, terdapat MacBook Pro di atasnya. Di samping meja ada cermin yang cukup besar. Di sisi lain, ada lemari bajunya. Sebuah nakas di samping tempat tidur. Hanya itu perabotan di kamarnya.
Naomi menjaga kamarnya selalu rapi dan bersih. Tidak ada tumpukan baju kotor atau buku-buku yang berantakan.
Baginya kamarnya adalah tempat teraman. Tidak terlalu banyak barang di dalam kamarnya itu sangat nyaman dan tidak terasa sesak.
Suara alarm perlahan-lahan seperti menyusup dan menggema dalam otaknya. Naomi sudah tidak tahan lagi.
Suara itu memekakkan telinga.
Akhirnya satu tangannya mencoba menggapai ponselnya di atas nakas. Tanpa melihat ponselnya, dia menggeser tombol alarm. Suara itu tidak lagi memenuhi ruang kamarnya. Naomi melanjutkan tidur. Dia ingin tidur nyenyak dan bermimpi indah.
Sudah ditetapkan bahwa Naomi akan bolos sekolah pada hari ini.
Naomi menarik selimut kembali sampai menutup kepala.
Badannya bergelung dalam selimut. Ini hari sempurna untuk dihabiskan di atas tempat tidur saja.
“Bangun. Ayo sekolah.” Naomi mendengar seseorang berkata.
Naomi mengerang malas. Dia semakin menutup tubuhnya dengan selimut rapat-rapat. Tidak ada niat untuk beranjak sedikit pun.