Tenda-tenda telah terpasang memenuhi halaman kantor kecamatan. Penduduk datang berjubel. Memadati halaman. Tidak ketinggalan anak-anak kecil dan para pedagang dadakan. Sesuatu yang hanya terjadi sekali dalam setahun. Di hari-hari biasa, pulau ini cenderung sepi. Keramaian baru hadir seiring kunjungan rombongan pemerintah.
Pick up yang ditumpangi Lyvia berhenti di depan sebuah rumah penduduk. Parkiran depan kantor kecamatan sudah penuh.
“Tinggalkan saja tas dan koper kalian di pick up. Kita jalan kaki ke dalam. Nanti aku yang beritahu supir, kemana barang kalian harus diantar,” ujar Bayu.
“Tasku nanti minta tolong diantar ke rumah Pak Rahman. Tasmu juga sekalian Sar?”
Sari mengangguk. “Iya nggak apa-apa. Kalau penuh, ntar aku pindah sendiri aja.”
“Oh, kalian nginap bersama rombongan PKK? Kukira...”
“Apa?” Lyvia cepat menyambar. Sepasang mata Bayu mengilat jail.
“Kukira mau nginap bersama kami. Apa enaknya nginap sama ibu-ibu?”
Lyvia mencibir, lalu menggamit Sari. “Yuk ah Sar. Kita ke dalam.”
Pak pak pak dung tra ra ram! Tabuhan gendang berirama rancak meningkahi lincah gerak para penari, persis ketika Lyvia baru menjejakkan kaki di halaman. Lyvia tersenyum geli. Seakan alunan musik itu ditujukan untuk “menyambut” kedatangannya. Alunan musik yang menjadi pertanda bahwa acara dibuka dengan tarian Persembahan.