Trims air doanya. Alhamdulillah aku mulai merasa baikan.
Lyvia tersenyum membaca SMS Fei. Meski singkat, namun Lyvia dapat merasakan ketulusan dibalik ucapan terima kasih itu.
Besok aku kembali ke Bintan. Besok ada kapal yg berlayar.
Lyvia nyaris terlonjak saat membaca SMS kedua dari Fei. Secepat itukah? Jarinya gegas mengetik tanpa berpikir lagi.
Jam brp kapal gerak besok? Kita bisa ketemu sebelum kamu pulang?
************
Matahari belum lama terbit saat Lyvia tiba di dermaga. Tampak kesibukan rutin sebelum kapal melepas sauh. Matanya liar menatap kesana kemari, mencari sosok Fei. Walaupun mereka sudah berjanji untuk bertemu di titik ini - di depan kedai kopi dekat dermaga - rasa tidak sabar membuat Lyvia tetap saja membiarkan matanya cekatan berkelana.
Lelaki itu akhirnya terlihat juga. Berjalan cepat dan tegap ke arahnya. Ransel besar terpanggul di punggungnya. Rambutnya tampak basah dan lepek. Mungkin dia baru saja habis mandi.
“Sudah lama?”
Lyvia menggeleng. “Baru sepuluh menitan.”
Fei melepas ranselnya yang tampak berat, lalu duduk di kursi depan warung yang masih tutup.