Menembus Palestina

Noura Publishing
Chapter #3

Bab 1: Kisah Hijrahku dan Palestina

Hijrahku

Tahun 2014, memasuki bulan Ramadhan, atau sekitar bulan Juli, Gaza dibombardir militer Israel dalam agresi besar-besaran. Jika dilihat dari hitungan waktu, itu bertepatan hampir satu tahun saya berhijrah. Kejadian tersebut sangat menyita perhatian saya. Sekaligus, jalan dari Allah bagi saya mendalami Palestina.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh. Hai. Saya Peggy Melati Sukma. Izinkan saya berbagi catatan hati tentang hijrah saya, hingga buku Catatan Dakwah Keliling Dunia ini hadir. Jazakumullâh khair.

Review sedikit ....

Masa transisi hidup saya dari masa lalu ke masa yang baru, Allah izinkan prosesnya terjadi tahun 2010 sampai 2012. Dan tahun 2013, menjadi semacam tonggak hijrah saya. Khususnya jelang tutup tahun 2013, mulai di bulan September.

Tutup tahun 2012, saya mulai melakukan hal-hal mendasar dalam proses hijrah. Diawali dengan menutup aurat. Setelah itu, saya mulai memperbaiki ibadah-ibadah kepada Allah. Kemudian, memperbaiki cara hidup, khususnya memperhatikan cara mencari nafkah, belajar mengecek lagi segala yang saya kerjakan agar terhindar dari haram dan syubhat.

Tutup tahun 2013, saya berakad kepada Allah, jika diizinkan, saya ingin mewakafkan diri saya untuk keperluan agama Allah. Alhamdulillah, doa saya diijabah. Ini termasuk untuk Palestina.

Cerita singkatnya tentang akad ini, begini ....

Menjelang akhir tahun 2013, saya sakit cukup berat dan dirawat cukup lama. Sakit saya itu tidak jelas sebabnya. Tahu-tahu, brukkk, jatuh sakit. Ini pengalaman sakit mendadak yang saya alami untuk kedua kalinya. Setelah dalam masa transisi yang saya ceritakan tadi di atas, saya juga pernah mengalami sakit.

Ketika sakit, semua pointer dalam hasil general check up di laboratorium rumah sakit menunjukkan angka ketidaknormalan. Sangat jelek. Bagaikan badan saya banyak kerusakan.

Tubuh saya sering bergetar hebat. Shaking. Itu karena di dalam tubuh ternyata banyak infeksi. Harus diberi obat yang dimasukkan langsung ke darah. Suhu badan saya mencapai 41,5 derajat celcius. Badan selalu dibanjiri keringat. Sering tidak sadar juga.

Jadi, jelang akhir tahun 2013 itu, saya, kok, seperti dicuci oleh Allah. Sewaktu mengalami sakit dan shaking, saya suka berpikiran bahwa itu akhir hidup saya. Sempat dalam keadaan tidak sadar, saya seperti melihat taman luas, yang semuanya serba putihhh dan hijauuuu. Lalu, ada pohon-pohon besaaaar, sampai tak bisa diungkap dengan kata-kata. Menjulannggg. Tempatnya wanggii sekalii .… Tapi anehnya, kok saya merasa takut. Tepatnya, saya merasa tidak pantas ada di tempat itu. Saya kebingungan, harus ke mana?

Saat tersadar, saya terus berdoa, meminta satu kali lagi kesempatan hidup di dunia kepada Allah. Alhamdulillah, Allah belum ambil nyawa saya. Saya disembuhkan. Artinya, masih ada kesempatan satu kali lagi! Dari sinilah saya akad wakaf diri untuk agama Allah.

Selepas sakit, dimulailah kisah yang akan terkait dengan perjalanan selanjutnya dalam hidup saya, termasuk tentang ikhtiar turut membantu Palestina.

Di awal tahun 2014, setelah kembali sehat, saya bangkit lagi dan menata ulang hijrah saya. Hal-hal yang sudah saya lakukan di tahun 2013 ketika memulai perjalanan hijrah, dalam kaitan merapikan kondisi iman, semakin saya giatkan dan tingkatkan di awal tahun 2014. Mungkin saya sempat sudah lakukan, tapi belum menyeluruh. Belum saya perdalam.

Maka, memasuki awal tahun 2014, yang sebelumnya saya juga telah akad ingin wakaf diri untuk agama Allah, saya mulai tancap gas. Umur tidak tahu sampai kapan. Pada Al-Quran Surah Al-Munâfiqûn (63) ayat 11, Allah berfirman: Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.

Maka, saya mulai giatkan tak hanya yang wajib. Tapi gencarkan melaksanakan segala ibadah sunnah juga, plus terus menggali ilmu. Intinya, saya menyibukkan diri dengan memperbaiki ilmu dan amal. Tentu, saya juga penuh dengan kelemahan di sana sini, tapi perjuangan memperbaiki diri di hadapan Allah, tak boleh surut.

Pada Hadis Tirmidzi dan Ibnu Majah, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dia berkata: “Telah bersabda Rasulullah Saw.: ‘Sebagian dari kebaikan keislaman seseorang ialah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.’” Saya pun belajar meng­hentikan aktivitas yang dekat dengan sia-sia. Seperti, jalan-jalan tanpa tujuan, nonton televisi tak kenal waktu, asyik leyeh-leyeh. Saya pangkas habis-habisan kebiasaan yang begitu. Saya ingin berusaha fokus berbenah diri di hadapan Allah. Masya Allah, rasa “ingin” itu begitu kuatnya. Saya merasa bahwa rasa “ingin” itu saja sudah merupakan pertolongan Allah. Sebab, rasa yang kuat jadi pendorong yang kuat juga bagi amalan.

Lihat selengkapnya