Menentukan Arah Jalan

Abdullah Muhammad
Chapter #3

Ada apa dengan Dunia?

Rapuh mungkin kata yang tepat untuk menggambar suasana saat ini, cemas kembali datang pada pikirannya. Saat semuanya sudah diucapkan ia tidak bisa mengembalikannya lagi. Tidak bisa ia sesali karena sudah terlanjur basah. Sudah saatnya bergerak tuk memulai hidup baru walau tidak tau arahnya akan kemanah dan seperti apa aku lah yang akan menentukannya. 

Dalam lamunan daniel, itulah yang ia pikirkan tak kuasa ia menahan tangis dan haru pilu, akan tetapi ia sudah bertekad untuk kebaikan keluarganya. Mencari nafkah tuk keluarga dan menggantikan posisi ayahnya sebagai pemimpin keluarga. 

Sore itu sudah semestinya matahari beristirahat namun tetap saja sebelum itu sang senja memancarkan keindahannya dan ketika gelap tiba akan datang Rembulan dengan cahayanya ditemani hiasan bintang-bintang. Sama seperti kehidupan akan ada masanya keadaan itu tampak bahagia suka cita dan baik-baik saja lalu akan datang masanya kebahagiaan itu sirna dan berubah menjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Pada dasarnya kehidupan berputar tidak Relefan saat keadaan terpuruk dan jauh dari ekspetasi tinggal kita yang menentukan bersinar seperti rembulan atau hilang ditelan kegelapan malam. 

Danile kembali bersiap-siap untuk bekerja disalah satu kedai walaupun hanya sebatas kerja paruh waktu. Disaat ia masih sekolah ia kerja hingga larut malam, itulah yang membuat daniel harus tidur dan kadang bolos sekolah. Kini ia merasa bebas tidak perlu memikirkan akan telat atau dihukum sekolah ia bisa leluasa untuk bekerja walau upah tidak seberapa yang terpenting ia bisa membawa sesuap nasi untuk keluarganya.

Ia bergegas berangkat dengan motor tuanya menuju kedai tempat ia bekerja yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya. Selalng beberapa menit ia sampai dan memarkirkan motornya lalu beranjak masuk. 

"Malam pak ..," sapanya. 

"Malam daniel, sini duduk, " jawabnya. Ia memanggil daniel dan menyuruh duduk di hadapannya. 

"Saya dengar kamu berhenti Sekolah, apakah karena kamu kerja disini kamu memutuskan untuk berhenti!!" tanyanya tegas. 

"Ia pak saya sudah memutuskan untuk berhenti, karena saya ingin focus untuk bekerja menafkahi keluarga saya, karena bapak tau sendiri ayah saya entah kemanah, " jawabnya. 

"Kenapa kamu mengambil keputusan begitu cepat, kenapa gabilang untuk meminta pendapat, kamu tau sendiri pendidikan adalah hal terpenting untuk melangsungkan hidup," ujarnya. 

Pria paruh baya itu menasehati daniel lalu daniel hanya mengangguk, ia tidak bisa apa-apa karena sudah ia putuskan. Pak andito ia seorang pemilik kedai tempat daniel bekerja, ia kenal betul daniel seperti apa namun ia tidak menyangka daniel bisa mengambil keputusan itu dengan cepat tanpa ada kata sedikit pun. Daniel pun dipersilakan meninggalkannya untuk bekerja.

Malam semakin larut dalam sunyi kerlap-kerlip cahaya lampu kendaraan mulai menghilang, bunyi klakson yang bising kini senyap menandakan sudah saatnya beristirahat. Keadaan cafe yang ramai silih berganti kini sudah semakin sepi Daniel membersihkan keadaan cafe yang kotor bekas para pelanggan yang singgah. 

Tampak jelas raut wajah lelah daniel tergambarkan dari matanya yang sayup dan langkahnya mulai melemas. Sudah selesai ia bersihkan lalu ia berhenti sejenak beristirah dengan segelas teh hangat menemani dinginnya malam. 

"Darrrr.... Ngelamun aja lu ada apa? " angel mengagetkan daniel. 

"Buset dahh ngagetin aja lu, kaga ada apa-apa gue sedang menikmati sunyinya malam dan sinar rembulan yang indah hehe, " jawabnya dengan tawa menjengkelkan. 

Lihat selengkapnya