“Semua anugerah yang diberikan harus patut disyukuri. Menerjang badai di lautan lepas membuat diri ini, bisa mencapai kesuksesan. Yakinkan diri ini bisa mendapatkan pertolongan dari Allah. Berpikirlah positif untuk membawa perubahan.”
Setelah aku naik ke kelas dua SMP itu, terkadang pengin sekali bermain-main dengan kawanku. Tetapi apa daya tangan tak sampai, kakak sering melarang bermain. Biasanya jika kakak keluar kota, aku merasakan merdeka dan senang bermain.
Karena tak ada lagi penghalang, maklum zaman dulu ada keinginan kuat untuk bermain bersama kawanku. Biasanya kalau nonton TV suka numpang ke rumah tetangga; seperti bioskop rumah tetangga, nonton DVD, film horor, seni beladiri, dan komedi. Itu semua sangat asyik deh.
Suatu kelak pas habis hujan rintik-rintik, aku disuruh antar beras oleh kakak di rumah Pakde.[1] Maka pergilah naik sepeda. Melewati lorong dan perempatan, yang begitu gelapnya membuat kumenjadi merinding. Aku pun sudah tidak bisa memilih jalan mana yang harus dilewati.
Begitu gelap gulita. Membuat bulu kuduk semuanya berdiri. Terpaksa melewati perempatan itu. Di setiap sudut perempatan itu, banyak pohon mangga yang besar dan rimbun. Tibalah di rumah Pakde. Aku berhasil masuk di rumahnya, tetapi napas ini tersengal-sengal.
Karena masih merasa ketakutan saat di rumahnya Pakde itu. Segera pamit pulang setelah mengantarkan beras ke rumahnya Pakde. Mulai naik sepeda dan mengayuhnya, begitu melewati di perempatan jalan yang aku lalui, tetibanya bulu roma merinding seketika. Apa yang terjadi denganku
Makhluk astral yang tinggal di dalamnya. Karena sang pemilik pulang ke tanah Jawa.
Maka saat itulah rumah itu menjadi mistis dan sangat angker. Di depan rumah itulah ada pohon mangga yang tumbuh mekar. Apa yang terjadi denganku para pembaca yang budiman?