MENERJANG BADAI DI BALIK PELANGI

Jamaludin Rifai
Chapter #6

PART 6 JUNJUNG BATU

“Kehidupan tak selamanya indah, dalam kehidupan di dunia ini hanyalah sementara. Tebarkanlah kebaikan melalui tulisan yang bermakna. Agar amal kebaikan bisa menolong kita suatu kelak.” 

Aku masih ingat ketika dulu disuruh oleh kakak, untuk ke warung buat membeli obat dan beras di rumah tetangga. Pada waktu itu hujan rintik-rintik jatuh membasahi bumi. Kejadian pada malam hari selepas salat Magrib. Aku bingung memilih jalan mana yang harus dilewati.

Mau ikut jalan di samping rumah gelap gulita. Ada pohon randu yang rindang  tumbuh di dekat. Menuju tempat yang sering menimba air. Becek dan licin jalan itu. Ikut di lorong depan rumah yang biasa kami ikuti pun tetap sama saja.

Di depan rumah pun banyak pohon kelapa, pisang, asam jawa, dan pohon randu yang tumbuh lebat di samping kiri jalan. Dan jalannya pun cukup licin dan becek.

Dengan terpaksa, aku harus memberanikan diri untuk ikut depan rumah. Meskipun gelap gulita. Sekitar berapa langkah kaki ini melangkah, tiba-tiba ada yang melempar dengan keras di bawah pohon pisang yang rimbun itu.

Mulailah dibuat merinding dan mawas diri juga. Jantungku berdegup begitu cepatnya. Bulir keringat pun mulai berjatuhan.

Bare sekitar empat langkah, tiba-tiba salah satu pohon pisang bergerak dengan kencang. Dan mendengar buah kelapa jatuh begitu keras terdengar. Padahal pohon kelapa itu jauh dari pohon pisang.

Buuunggggg ... buuuuuuungg! Jatuh pas dekat pohon pisang itu.

Lihat selengkapnya