“Buku adalah jendela kehidupan bagi kita semua. Dimana dengan membaca buku membuka wawasan cakrawala dunia. Bisa menghasilkan prestasi.” (Jamaludin Rifai)
Ya, si manis beracun julukan yang paling berkesan di zaman kami SMP dahulu. Bagaimana tidak terjadi pada kami? Zaman penjajahan dahulu, terkenal si manis beracun alias rotan yang agak besar. Buat hukuman yang enggak bisa menghafal pada pelajaran ekonomi. Hehe.
Guru kami begitu luar biasa dan saking antusias kepada kami. Agar rajin belajar dan banyak yang harus dihafal.
Kalau enggak bisa menghafal, siapkan diri dengan kehadiran si manis beracun dilayangkan pada pantat kami. Yang pernah aku rasakan ketika salah menghafal.
Tidak bisa menghafal pelajaran ekonomi mengenai; uang kertas, giro, dan undang-undang ekonomi. Persiapkan diri si manis mulai bereaksi. Luar biasanya jika mendapatkan si manis yang dilayangkan ke pantat kami.
Jika dibandingkan dengan zaman sekarang, malah ada guru itu dilaporkan ke polisi. Padahal tujuan guru adalah mulia. Biar anak didiknya bisa berhasil dan mempunyai masa depan, menjadi anak yang cerdas.
Semenjak ada UU untuk kekerasan anak-anak, maka guru tinggal waspada. Beda pada zaman kami, melihat wajah guru saja langsung menunduk.