MENERJANG BADAI DI BALIK PELANGI

Jamaludin Rifai
Chapter #18

PART 18 JAMALUDIN BUKAN JAMALUDUN

“Kehidupan seperti lilin kecil yang menyala, jika ditiup oleh angin. Maka lilin itu akan mati dan dunia merasa gelap gulita. Seperti itulah kehidupan kita yang tak mempunyai tujuan hidup dan terombang-ambing entah kemana arah dan tujuan hidup kita.”

Cerita ini punya sejarah tersendiri. Betapa kaget dengan namaku yang sudah tertera di ijazah SMP. Itu kesalahanku sendiri. Ketika pengumuman kelulusan SMP enggak memeriksanya.

Mengambil ijazah enggak tahunya tertulis Jamaludun. Hehe, sangat bersyukur dinyatakan lulus. Aku bingung harus mendaftarkan diri di sekolah mana. Jalan satu-satunya ikut ke Pohuwato untuk tinggal bersama kedua orang tuaku.

Aku mempunyai ide akan mencoba mendaftarkan diri di SMA dan SMK. Awalnya mencoba berani untuk mendaftarkan diri ke SMK. Ditemani oleh ayah naik sepeda ontel berboncengan.

Mau niat mengambil formulir pendaftaran pengin mengambil jurusan mesin. Tetapi ayah maunya disuruh memilih jurusan bangunan.

Kalau jurusan bangunan harus pintar Matematika, sementara aku enggak terlalu suka dengan pelajaran itu. Lebih memilih jurusan mesin. Jurusan mesin pakai bahasa Inggris pada saat tes.

Pada saat mau memasukan ijazah, namaku tertera Jamaludun bukan Jamaludin. Akhirnya ayah marah. Memilih diam dan takut untuk membantah. Terpaksa ayah pergi ke Sidomulyo.

Untuk melaporkan ijazah itu ke sekolah SMP. Agar bisa menggantikan namaku karena enggak sesuai. Setelah itu, ayah pulang ke Pohuwato. Pada saat pengumuman berkas, aku dinyatakan enggak lulus.

Betapa kecewanya aku pada saat itu. Pengin banget sekolah dan enggak mau menganggur di rumah. Enggak kehabisan akal, akhirnya mengajak ayah untuk mendaftarkan diri di SMA. Namun, yang ada aku dapat zonk pada saat itu.

 Pendaftaran pun sudah tutup. Padahal pengin sekali tinggal bersama mereka. Aku kembali ke Sidomulyo dengan perasaan yang sedih. Karena sudah meninggalkan ibu. Namun, demi pengin sekolah kembali lagi ke Sidomulyo.

Kini nasib beruntung berpihak kepadaku. Ternyata sekolah SMAN 1 Boliyohuto masih membuka pendaftaran siswa baru. Pada zaman itu sudah masuk pada angkatan kedua.

Itupun sekolahnya masih numpang di kantor desa. Ketimbang aku enggak sekolah dan menjadi pengangguran lebih baik mencoba ikut mendaftar. Ternyata para teman alumni SLTP Negeri 1 Boliyohuto banyak juga yang mendaftar di SMAN 1 Boliyohuto.

Selanjutnya aku masuk ikutan Masa Orientas Siswa (MOS). Digodok pada pramuka. Itu sampai seminggu kegiatan MOS. Seminggu kemudian kakak lelaki datang dari Limboto. Mengajak aku sekolah di Limboto.

Lihat selengkapnya