MENERJANG BADAI DI BALIK PELANGI

Jamaludin Rifai
Chapter #19

PART 19 SMK PERTANIAN LIMBOTO

“Jadikan sekolah sebagai tempat untuk menimba ilmu, bukan untuk tempat tebar pesona. Karena belajar di sekolah itu sangat bermanfaat ilmunya nanti.”

 

Ketika kami pulang, biasanya aku pulang bersama Silvana sang jawara kelas. Terkadang kami naik Bendi[1] Bentor[2] dahulu masih jarang. Jadi, memilih untuk naik Bendi yang agak santai.

Biasanya kami nongkrong ke shooping center Limboto. Maklum zaman yang bersejarah nongkrong di shooping. Enggak afdol kalau enggak nongkrong di tempat itu. Hehe.

Bukan hanya aku saja yang seperti itu. Tetapi dari para siswa lain pun, ikutan nongkrong biar kelihatan gaul dan keren. Hehe. Kalau sudah bosan ya pulang ke rumah.

SMK Pertanian Limboto banyak kenangan. Ketika nilaiku anjlok khususnya pelajaran Komputer itu. Dimintakan untuk membeli sapu biar nilai merah bisa didongkrat.

Aku sanggupi untuk membeli sapu ijuk pada saat itu. Dengan uang hasil jualan ternak ayam untuk membeli sapu yang diminta.

Aku takut jika minta uang sama kakak. Bukan dikasih, tetapi yang ada malah dimarah-marah jika ketahuan nilai anjlok.

Memilih untuk diam dan berusaha untuk memperbaiki nilai yang anjlok. Aku sangat malas sekali. Dengan giat agar bisa komputer dan belajar dengan kakak.

 Lucu ketik mau mengetik, keybord tulisannya acak-acakan, maklum orang belajar kayak ibaratnya bayi yang merangkak. Cara-cara mengetik dan memperbaiki tulisan ketikan.

Yang terjadi aku makin bingung dan kakak mulai marahi, suaranya menggelegar bak petir menyambar pada siang hari. Memilih diam dan kakak marah bak petir yang menyambar pada siang bolong.

Banyak yang aku enggak tahu dan menambah kebingungan. Hanya sekali itu belajar dengan kakak. Karena tipeku, jika belajar jangan dimarah-marah.

Lihat selengkapnya