“Ujian yang terberat adalah ketika arah kehidupan kita hilang dan tanpa semangat lagi. Berdoalah memohon bantun agar Tuhan memberikan kemudahan segala urusan.”
Setelah kami ditarik kembali ke sekolah. Kami merasakan kesedihan. Karena pengalaman di desa Tumboo itu sangat berkesan tiga bulannya. Harus membuat laporan untuk persiapan ujian kompetensi.
Masih bingung harus dimulai darimana cara membuat laporan tersebut. Untung saja pembimbing kami Pak Sulistiono baik orangnya, beliau adalah guru yang cerdas.
Beliaulah yang membimbing, membantu, dan membuat laporan PRAKERIN. Kebetulan aku masih satu kelompok sama Arafik. Kami biasa saja dan saling tegur sapa.
Disuruh datang ke kantor oleh Pak Sulistiono untuk membicarakan hasil bimbingan laporan. Untuk persiapan ujian kompetensi agar bisa menjawab ujiannya nanti.
Beberapa orang kelompok itu kompak. Dibimbing oleh Pak Sulistioyono. Hanya dalam tiga hari saja, penyelesaian laporan kami tuntas.
Dari situlah aku mulai memahami. Membaca laporan tersebut. Makin menjadi semangat untuk belajar dan siap menghadapi ujian.
Seminggu kemudian kami ujian. Ujian sangat membuatku berdebar-debar. Aku tetap tenang dan santai. Selama ujian enggak pernah menghafal mati.