“Hampir satu bulan.” Gadis itu berkata dalam hati ketika matanya kebetulan berhenti di kalender dinding. Dia mulai menghitung tanggal sejak dia terkurung di dalam kamar ini. “Ya, tiga hari lagi genap satu bulan saya di sini.”
Dia lalu bangkit dari sisi ranjang dan mendekati cermin. Di hadapan cermin, dia melihat wajah gadis asing untuk sebentar. Rambutnya acak-acakan, pipinya adalah tulang, bibirnya pucat. Wajah itu bukan miliknya. Dia beradu tatap dengan matanya; kantung matanya bengkak, hitam, isi di dalamnya seolah tak ada bola mata, tengkorak. Tengkorak berambut panjang. Itu wujudnya hari ini, itu dia sekarang, itu dia tanpa laki-laki yang dia cintai.
Air matanya keluar begitu saja. “Saya lelah. Saya lelah. Saya sangat lelah.” Kali ini dia mengucapkan kata-kata itu meski terbata-bata dan agak sengau. Dia sudah menangis hampir setiap detik sejak mereka mengurungnya di dalam kamar ini.
“Mengapa mereka tak pernah mengerti?” Kali ini dia mengucapkannya dengan suara keras. Dia seperti bicara kepada seseorang, padahal di kamar itu dia sendirian saja.