KUPUTUSKAN UNTUK TINGGAL di hotel selama di Jogja, aku emoh tinggal di rumahku karena sudah ada kenangan bersama Aina di sana. Lebih-lebih karena malam itu, malam ketika Aina melayani aku dan Tom seperti raja. Malam itu sering membayangiku.
Pesta pernikahan anak Om Jam Tangan berjalan lancar. Banyak orang yang kutemui malam itu sehingga aku bisa sejenak melupakan Aina. Malam itu aku juga bertemu Kak N., pacar almarhum Abang (anak tertua Om Jenderal yang mati karena tawuran siswa). Aku dan Kak N. hanya membicarakan urusan pekerjaan, karena saat itu perusahaan keluarga Kak N. akan bekerja sama lagi dengan perusahaan Om Jenderal dalam sebuah proyek pemerintah. Kakeknya Kak N. juga seorang jenderal sehingga sudah biasa perusahaan keluarga Kak N. berurusan dengan perusahaan Om Jenderal. Hanya saja, baru kali itu kami terlibat secara bersamaan dalam suatu proyek. Dan setelah sekian lama, mungkin lebih dari dua tahun, kami baru mengobrol lagi empat mata karena Kak N. baru kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan S2-nya.
Sebelum kami berpisah karena Kak N. harus menyapa kenalan lainnya di pesta itu, aku berkata, “Kakak sampai kapan di Jogja?”
“Tiga hari lagi.”
Dengan agak ragu, aku berkata. “Besok Kakak ada waktu? Aku mau ‘ngobrol banyak. Tapi bukan urusan kerjaan.”