Mengabadilah Bersamaku

E. N. Mahera
Chapter #14

Kebijaksanaan Kecere

DI DALAM LINGKARAN dengan minuman baru yang Kecere bawa, kami mulai lagi membincangkan banyak hal sampai tak terasa, dua botol captikus dan lima botol bir telah habis.

Saat azan berkumandang, kami kehabisan bahan obrolan. Akhirnya, entah bagaimana aku menumpahkan segala tentang Aina kepada Kecere. Termasuk kejadian belum lama bersama Teteh. Sesuatu yang mungkin saja mustahil kulakukan dalam kesadaran penuh. Singkatnya, aku katakan kepadanya bahwa pikiranku kacau, aku belum rela meninggalkan Aina, ditambah lagi rasa bersalah pada Aina karena Teteh, aku merasa telah mengkhianati Aina malam itu. Aku mencerocos seenaknya, ia mendengarkan sebisanya. Aku tak berharap ada petuah dari lawan bicara dalam hal macam itu, aku hanya ingin didengarkan, Kecere tahu itu. Namun malam itu, selesai aku bicara, Kecere menatapku dengan sungguh. “Dari dulu aku ingin tanya. Kenapa kau masih bertahan kalau tahu sejak awal akan begini? Setahuku, kau orangnya sangat rasional, Kawan,” katanya.

“Kau akan mengerti kalau jadi aku.” Aku menjawabnya dengan tatapan menuju langit di mana coretan cahaya mulai terlihat di ufuk timur.

“Cukup dari bumi, ilmuwan-ilmuwan bisa tahu kalau ada lebih dari satu planet di tata surya.” Kecere coba membantahku.

Aku tersenyum mendengar perkataannya. “Persis.”

“Persis?”

“Persis. Persis para ilmuwan-ilmuwan yang cuma tahu bentuk luar planet-planet itu, tapi sampai detik ini belum ada ilmuwan yang bisa pastikan adakah ‘kehidupan’ selain di bumi.”

“Tapi mereka tahu, mustahil ada kehidupan manusia di sana.”

Lihat selengkapnya