Mengabadilah Bersamaku

E. N. Mahera
Chapter #16

Cerita di Antara (III)

Ceramah Kekristenan mereka tak pernah menggetarkan apalagi melemahkan keteguhan hatinya. Keputusan gadis itu sudah bulat dan genap. Dia ingin menikah dengan laki-laki yang dia cintai dan ikut bersamanya. Dia memang belum tahu bagaimana caranya, atau apakah mungkin itu terjadi, tapi keteguhan hatinya mustahil berubah.

Seperti belasan malam sebelumnya, setelah ayah, lalu ibu, lalu kakak perempuannya menceramahinya tentang mengapa menjadi pengikut Yesus adalah sesuatu yang patut disyukuri, mereka bertiga lalu mengajak gadis itu berdoa bersama. Kakak perempuannya yang memimpin doa mereka dengan kata-kata. Dan seperti belasan malam sebelumnya, gadis itu menurut diam, menutup mata tanpa melipat tangannya, lalu ikut mereka berdoa. Tiga orang itu berdoa kepada Tuhan yang sama, gadis itu berdoa kepada Tuhan yang lain.

Seperti biasa, usai berdoa, mereka bertiga mencium gadis itu secara bergantian, mengucap selamat malam kepadanya, lalu keluar kamar tanpa menerima balasan. Sudah lama dia berhenti bicara kepada mereka.

Lebih dulu kakak perempuannya lalu ayahnya, dan ibunya adalah orang terakhir yang meninggalkan dia sekaligus menutup pintu. Sesekali, kepala ibunya tertinggal di dalam kamar sementara kakinya telah berada di luar, dengan kepala yang terjulur dan tanpa kata-kata, mata ibunya seolah mengatakan, "Mama sayang kamu, Nak,"

Entah mengapa, walaupun mungkin setengah hati, dia yakin ibunya menyetujui pilihan hidupnya, pilihan hatinya.

Kadang-kadang dia ingin bicara dengan ibunya setelah ayah dan kakak perempuannya tak lagi ada di kamar. Tapi dia merasa tak ada gunanya, ibunya bukan pembuat keputusan, ibunya selalu menuruti apa kata suami dan anak tertuanya.

Setiap kali dia memikirkan sikap ibunya, dia selalu teringat kepada kakak laki-lakinya.

 

Lihat selengkapnya