BEGITU TUA MENINGGALKAN kami berdua di meja makan. Aku langsung memegang pipi Aina dan mengangkat mukanya. Mukanya layu, matanya berkaca-kaca, tapi Aina tak meneteskan air mata. Aku tersenyum dan meraih tangan Aina; Aina ikut tersenyum. “Nana, aku—.”
“Nggak ‘usah minta maaf, Mas. Aku paham sekarang.”
Dan aku memeluknya.