MENGAKU BAPAK

paizin palma p
Chapter #3

2. Orang Tak Dikenal ataupun Mengenal

Bel masuk berbunyi tepat ketika Iman membayar makanannya. Sementara murid lainnya berlari kecil menuju kelas masing-masing, Iman sepakat untuk berjalan gontai. Dia toh, apa pun yang terjadi, bakalan terus-terusan rangking satu--dari belakang.

Ya, memang secara akademis Iman sangat menonjol--menonjol ke belakang maksudnya. Karena enggak melulu orang tak rupawan harus jenius, ataupun enggak semua yang rupawan mesti bego. Hidup kadang enggak seimbang. Ada yang ganteng kemudian pintar, ada pula yang sebaliknya. Dan Iman masuk dalam kategori sebaliknya.

Sesampainya di XII IPA 5, kelas IPA paling terbelakang di sekolah, Iman berjalan masuk hendak ke kursinya. Namun terhenti oleh guru yang sudah masuk. Namanya Pak Didin, dia orangnya perhitungan banget, soalnya guru Matematika ....

"Dek, Dek, kamu siapa, ya? Bukan murid sini, kan?" tanyanya.

"Saya Iman, Pak, anak kelas IPA 5," jawab Iman.

"Tapi saya kok saya gak pernah tau, ya? Saya tau Herman, ada juga yang namanya Sulaiman. Tapi ..., Iman? Baru dengar saya nama kamu ...."

"Tanya aja murid lain, Pak," ujar Iman yakin.

Iman menoleh. Kiri-kanan, kanan-kiri. Dia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kelas, tapi tak ada satu orang pun yang merespons ataupun merasa kenal. Dia baru sadar, cuma Bella orang yang pernah ngobrol dan ingat namanya di sekolah.

"Itu tas saya. Warna putih, yang bentuknya karakter Ice Bear-nya We Bare Bears," lanjut Iman seraya menunjuk kursinya. "Saya udah duduk di sana dari awal semester satu."

Lihat selengkapnya