Iman merasa dunia seakan menyusut tiba-tiba. Padahal ini tahun terakhirnya di SMA, tapi pertemanannya ternyata sesempit ini. Hanya satu orang.
Dan dalam dunia yang sudah susut ini, jadi semakin buruk dengan kehadiran Bapak yang gentayangan. Iman yakin, yang dia lihat tempo hari adalah nyata, dan Bapak beneran ada dan hadir dalam bentuk lain.
Dan anehnya, suasana di rumah terasa mencekam sekarang. Di sudut rumah mana pun Iman berada, dia merasa dibuntuti. Selalu ada perasaan aneh, seakan-akan dimata-matai dari belakang, yang sayangnya ketika dia menoleh, tak ada apa pun yang ditemukan kecuali ketakutan itu sendiri.
Tapi hal itu tak membuat kewaspadaan Iman kendur. Justru sebaliknya, dia penasaran. Dia semakin ingin membuktikan bahwa ada yang salah dalam rumahnya, dan arwah Bapak yang ditemuinya kemarin ialah nyata.
Belajar dari acara mistis di TV-TV, dari hampir seluruh petualangan mistis hampir pasti seluruhnya membawa penerangan. Biasanya berupa lilin ataupun senter.
Namun, lilin adalah jenis penerangan yang rentan padam oleh angin. Dan kalau sudah padam, suasana justru jadi tambah horor. Sedangkan senter, kalau di film-film bisa mendadak redup seperti halnya lampu. Itu juga justru mendukung suasana horor.
Jadi, setelah dipikir masak-masak, penerangan paling tepat untuk menemani petualangan mistis ini adalah kembang api. Selain karena sifatnya yang enggak rentan padam oleh angin, kembang api juga menambah nuansa ceria. Dengan ini, petualangan misteri ilahi nanmistis ini, dimulai ....
"Horor itu indah, horor itu indah, horor itu indah ...," ucap Iman pada diri sendiri. Lalu dia membakar kembang api dalam genggamannya. "Oke, gue udah siap lahir-batin."
Imam pun berjalan ke seluruh sudut rumah. Langkahnya mengendap-endap. Pandangannya waspada. Telinganya awas.
Dia mencari ke tempat-tempat yang dianggapnya potensial. Lalu setelah dia berhenti di satu ruangan agak lama, kecurigaannya memuncak.
Iman berlari ke arah Ibu, lalu membawanya ke depan ruangan yang dicurigainya.
"Bu, Iman sudah tau di mana iblis itu sembunyi!" kata Iman yakin.
"Kamu lagi ngapain sih, Man? Dalam rumah main kembang api gitu? Ini kita mau tahlilan lho, bukan lebaran!"
"Bu, denger dulu, denger. Di dalam sana, terdapat kehadiran sosok yang tidak kita harapkan."