MENGAKU BAPAK

paizin palma p
Chapter #14

13. Fantasi Paling Liar

Senampan jamur crispy gadungan yang tumpah dari tangan Iman menandai dimulainya kehebohan ini.

Setelah adegan haru saling teriak anakku dan bapakku yang nyaris berakhir pelukkan antara Iman dan Bapak, Bella, satu-satunya orang dengan akal sehat di sini, menginterupsi adegan janggal itu.

"Stop! Jawab dulu pertanyaannya: kalau dia bapak lo, jadi acara tiga harian ini buat siapa!?" tuntut Bella.

"Buat Bapak," jawab Iman, jujur.

Bapak, yang melihat bagaimana kecerdasan buah hatinya dalam tumbuh dan berkembang, menepuk jidat.

"Terus yang meninggal ini siapa!?" tanya Bella lagi.

"Bapak," polos Iman.

"Terus dia siapa!?" tanya Bella seraya menunjuk Bapak, yang mulai panik.

"Bapak."

"Ada jawaban lain gak sih selain Bapak!?"

"Eh ..., bokap ...."

Bella mulai hilang kesabaran. Iman memang menjawab dengan ekspresi jujur. Namun, jawabannya enggak masuk akal. Mana mungkin bikin acara tiga harian, tapi orangnya ada di depannya. Kecuali ....

Seketika, Bella jadi parno sendiri. Dia berusaha menerka jawaban yang diberikan Iman dengan tampang lugu. Dia menatap Iman dan Bapak bergantian. Menatap kapas yang menyumbat kedua hidung Bapak. Menatap para tamu yang sudah di dalam acara tiga harian. Balik lagi menatap kapas di hidung Bapak. Dia paham. Lalu panik.

Menyadari Bella Panik, Iman meraih tangan Bella kemudian mengatakan kalimat yang sering kita lihat di FTV-FTV, "Bella, aku bisa jelasin semuanya. Tolong dengerin penjelasannya dulu, jangan terburu-buru ambil kesimpulan ...."

Tak mau kalah, Bapak meraih tangan Bella yang satu lagi, "Om juga bisa jelasin semuanya. Ini semua gak seperti yang kamu pikirin. Bahkan Om sendiri gak tau kamu lagi mikirin apa ...."

Bella ingin mengambil gelas berisi air lalu menyiram kedua lelaki di depannya ini. Tapi itu terlalu adegan FTV. Selain itu, di sana juga enggak ada gelas.

"iya, iya. Ya udah nih, Om ngaku kalo Om arwah," aku Bapak, yang mulai lelah bersandiwara.

Bella menjerit.

Bapak menaruh telunjuknya di bibir, memberi isyarat diam.

"Oke ..., bisa gak sih kita ganti topik? Yang ada muatan politiknya gitu, atau yang lebih urgensi? Yang fun? Misalnya, kapan wabah virus Corona berhenti?" lanjut Bapak.

Lihat selengkapnya