MENGAKU BAPAK

paizin palma p
Chapter #16

15. Macam-Macam Cara Bersedih

Pagi ini masih serupa pagi-pagi lainnya. Matahari masih terbit dari timur, ayam berkokok di pagi hari, ada arwah Bapak tergeletak tak berdaya di lantai seolah korban tabrak lari ..., oke, soal yang terakhir bisa diabaikan.

Tapi Iman menaruh curiga. Matanya memicing waspada. Menurutnya, masalah besar justru terjadi pada hari-hari paling biasa.

"Man, denger suara gak?" ujar Bapak, setelah main pura-pura matinya selesai.

Iman melompat bangun dari kasur. Dia menaruh tangannya di telinga.

"Denger gak?" kata Bapak, sambil melompat menembus Iman dari depan lalu sembunyi di balik punggungnya.

"Ada suara dari hantaman dua benda keras," gumam Imam dengan sorot mata serius. "Sekarang jam empat pagi. Orang-orang mayoritas bangun satu jam lagi, yang berarti suara ini berasal dari--"

"MALING! KITA KEMALINGAN! LAPOR PAK RT, PAK LURAH, PAK CAMAT! EKSPOS DI INSTAGRAM BIAR DIHAKIMI NETIZENNNN!"

"Udah puas teriaknya?" tanya Iman saat Bapak berhenti teriak karena ngos-ngosan.

"Belum, sampai malingnya ketangkep!"

"Bapak itu hantu lho. Harusnya tuh bikin takut, bukannya ketakutan ...."

"Bodo! Siapa sih yang gak panik kalo kemalingan? Hantu juga punya perasaan takut dijarah, dirampas, dirampok, dihakimi, dibully, ditabrak, dimarahin, dipukul, dicubit, dianggap cuma temen--eh, yang terakhir kayaknya itu kamu deh, hehehe."

Iman menggelengkan kepalanya sembari mendengus. "Ternyata bener, jadi seorang pria bukan bicara tentang umur. Hal yang seharusnya dilakuin pria di saat kayak gini, seharusnya adalah teriak lebih kenceng: TOLONG ADA RAMPOKKK!"

Lalu, Iman dan Bapak saling bertatapan, mengambil napas dalam-dalam, untuk berteriak, "DI SINI ADA MALINGGG! ADA MALING! AYO KE SINI SEMUANYA! AYO VIRALIN BIAR AKUN INSTAGRAM MALINGNYA DIUNFOLLOW SEMUA ORANG! AYO--"

"Berisikkk!" potong Ibu, yang masuk dengan membanting pintu. "Man, kamu mau bangunin tetangga gini, biar apa?"

Iman jarang melihat Ibu segalak ini. Ibu bukan tipe orang yang suka perintah-perintah, yang biasanya kalau lagi marah palingan cuma kirim SMS pakai tanda seru. Itu pun tanda serunya cuma satu, gak lebih.

Panik, Iman menoleh ke arah Bapak. Tapi yang dia dapat cuma suara "flop", dan asap, dan sepasang kapas penyumbat hidung yang jatuh ke lantai, yang kemudian menyusul jadi asap pula. Oke, dia sendirian sekarang.

"Dasar suami-suami takut istri," gumam Iman, pelan.

Lalu ada suara sepintas lewat tanpa sosok yang membisiki Iman, "Biarin ...."

"Jadi, buat apa kamu teriak-teriak kayak tadi?" interogasi Ibu.

"T-tadi ada suara mencurigakan. Kayak benda keras saling adu ..., pasti ada maling lagi berusaha ngerusak pintu ...."

"Sini kamu ikut Ibu."

🦆

Iman bingung kenapa Ibu membawanya ke teras rumah subuh-subuh. Yang pasti bukan mau diajak joging, sebab yang dilakukan Ibu selanjutnya adalah mengangkat sebuah pot lalu menurunkannya lagi.

Lihat selengkapnya