MENGAKU BAPAK

paizin palma p
Chapter #17

16. Cara Memandang Kesedihan

Dalam rumah yang berduka ini, Bapak jadi satu-satunya yang enggak ketularan sedih. Dia, dengan cara yang unik, justru merasa ini peluang untuk menunjukkan bakat terpendam selama ini.

Mengapa terjadi 

kepada diriku?

Aku tak percaya 

kau telah tiada ....

Haruskah kupergi 

tinggalkan dunia

Agar aku dapat 

berjumpa denganmu?

Pandangan Iman teralih dari seprai dan kasur kosong. Sumber suara lagu dramatis ciptaan Chrisye ini berasal dari HP-nya. Padahal, HP Iman berada di dalam kantong. Dan anehnya lagi, dia tak pernah ingat punya lagu ini ....

Dari dalam sudut kamar, muncul suara "flop" misterius yang hanya bisa didengar Iman. Sumber dari suara ini berasal dari sosok laki-laki paruh baya dengan senyum mengembang. Sekilas lihat, penampilannya seperti bapak-bapak rumahan, kecuali hidungnya yang disumbat kapas seolah baru mimisan.

"Cieee yang udah kangen ceritanya," goda Bapak ketika sosoknya sudah tampak utuh.

Iman, yang sempat bengong sendiri ketika tubuh membawanya ke depan kasur yang dulunya dipakai Bapak, seketika pipinya merah.

"Eng-gak ..., siapa yang kangen?" bantah Iman sembari mematikan musik pada HP-nya.

"Masa sih gak kangen?" goda Bapak, lagi.

"I-i-ya!"

"Oke, kalau gitu," Bapak lalu memakai kacamata hitam yang didapatnya dari udara kosong, menjentikkan jari, dan muncul bunyi "flop" lagi.

Dari HP Iman, tiba-tiba muncul lagu lain yang diputar secara misterius.

Jangan benci bilang cinta

Jangan marah bilang sayang

Jangan mendustai hati

Lihat selengkapnya