MENGAKU BAPAK

paizin palma p
Chapter #20

19. Hati yang Terhubung

Manda, cewek berkepang yang biasanya terlalu pemalu bahkan untuk napasnya didengar orang, sekarang justru enggak bisa berhenti senyum di dalam kelas. Bukan karena guru yang mengajar di depan sedang melucu. Tapi, karena bekal makan siangnya yang tumpah.

Mungkin ini kedengarannya agak kejam. Tapi, ketika tahu Iman memakan bekalnya yang tumpah ke lantai, Manda bahagia. Bahagia karena bekal berisi nasi goreng yang dimasak sejak pagi, dimakan orang yang diam-diam dia sukai. Seandainya dia tahu kejadiannya akan begini, dia rela setiap masakannya jatuh dan tumpah ke mana pun, sekalipun ke dalam got.

"Gak boleh mikir jorok, gak boleh mikir jorok," gumam Manda sambil menampar pelan pipinya, lalu malu sendiri. Dalam benaknya barusan, Iman lagi jongkok dalam got sambil makan.

Sudah hampir dua semester Manda sekelas dengan Iman, duduk di sebelahnya, dan selama itu pula dia berusaha menyapa Iman, tapi terlalu malu. Satu-satunya obrolan Yang terjadi beberapa waktu lalu, ketika dia membahas tas We Bare Bears Iman, itu pun enggak didengar--jadi angin lewat. Cuma melalui nasi goreng yang barusan tumpah, untuk pertama kalinya mereka bisa bicara.

Lalu, ketika Iman sekarang tiba-tiba muncul ke dalam kelas setelah sebelumnya diusir guru, mereka saling bertatapan lagi. Iman tersenyum ke arah Manda, yang terlalu kikuk buat balas tersenyum. Pipinya merah bukan karena tamparan pelannya tadi, tapi karena malu.

"Ngapain kamu masuk lagi? Bukannya tadi saya usir?" ketus Guru Biologi kepada Iman, yang namanya disamarkan demi privasi.

Tapi Iman, tanpa diduga-duga, tersenyum.

🦆

Bapak menepuk pundak Iman dengan yakin, setelah sebelumnya menjelaskan rencananya. Lubang hidungnya mengetat, menjepit erat kapas yang menyumbat. Ini pertanda Bapak percaya rencana ini pasti berhasil, bahwa Iman akan bisa masuk ke kelas dan diakui sebagai murid.

"Bapak yakin?" tanya Iman, yang masih agak bimbang.

"Sembilan puluh sembilan koma dua persen, pasti berhasil!" jawab Bapak dengan nada bicara iklan TV.

"Nol koma delapan persennya apa?"

"Nol koma delapan persennya, kemungkinan ketombe datang kembali. Makanya pakai--ah, sayang banget gak ada endorse, jadi gak sebut merek deh, hehehe."

"Bapak!" tegur Iman. "Bisa gak sih serius!?"

"Jangan serius-serius, nanti cepat mati, hehehe. Tapi intinya, Bapak yakin ini berhasil. Nyawa Bapak taruhannya."

"Bapak kan udah gak punya nyawa!"

Lihat selengkapnya