Menganalogikan Cinta

amanda lestari c
Chapter #4

Cinta Itu Bagaikan Uang

Saat kita mencintai yang terjadi adalah hati kita melembut dan otak kita mengeras, menolak segala logika yang ada. Namun pada akhirnya, cinta yang tidak menggunakan logika bukanlah cinta yang terbaik untukmu.

Bandung, 2005.

Akhirnya hari yang dijanjikan untuk pergi bersama tiba juga. Kami berencana untuk pergi ke Villa milik paman dari salah satu teman kak Merry. Aku sendiri sudah tidak terlalu ingat berapa banyak yang ikut saat itu, yang pasti ada aku, Kak Merry, Lidya, Hadi, Jerry dan Denny.

Butuh waktu dua jam untuk sampai ke Villa Istana Kembang milik teman Kak Merry. Disana kami langsung menaruh barang bawaan kami ke dalam Villa dan bergegas ke halaman belakang Villa, untuk naik perahu dan bermain di danau kecil yang terletak di Villa tersebut.

“Ada dua perahu nih, kita ngebaginya gimana ya?” Tanya salah seorang teman Kak Merry kepada kami semua.

“Bebas sih gimananya, langsung naik aja kali ya nanti juga kebagi sendiri kan” Usul Hadi yang dengan segera menaiki salah satu perahu kecil, disusul oleh Kak Merry yang langsung memilih perahu yang sama dengan Hadi. Aku pun bergegas naik di perahu itu juga. Jerry, Lidya dan Denny pun secara otomatis memilih perahu yang sama.

“Kayaknya disana kepenuhan deh, disini cuma berempat. Satu pindah kesini aja” Kata salah seorang teman Kak Merry. Kami semua hanya berpandang – pandangan saja tapi tak ada satupun dari kami yang kelihatan mau pindah ke perahu satunya.

Aku tentu tak akan mau pindah karena selain Kak Merry dan Lidya tak ada lagi yang aku kenal disana. Kak Merry tentu tak akan mau pindah karena ada Hadi disana. Denny akan tetap bertahan karena dia menyukai Kak Merry. Tentu saja yang paling logis adalah Jerry yang pindah ke perahu seberang karena diantara kita semua Jerry adalah yang paling mampu mencairkan suasana dan banyak bicara.

“Jer, kamu pindah kesana aja.” Seakan mampu membaca pikiranku, Lidya mulai menyikut lengan Jerry untuk pindah ke perahu seberang.

“Ngga bisa dong! Kan kalau ada Tom harus ada Jerrynya. Iya ga Na?” Jerry langsung menyeringai kearahku. Wajahku langsung bersemu merah. Mau jawab “ah ngga” takutnya Jerry pindah, mau jawab “iya” kok malu juga ya rasanya.

“Yaudah deh, aku aja yang pindah” Lidya langsung berdiri bersiap untuk pindah ke seberang.

“Eh, mending Jerry aja ga sih yang pindah?” Aku memegang tangan Lidya secara otomatis. Sejujurnya aku jadi merasa tidak enak jika karena aku diam, Lidya merasa ia tidak diharapkan ada di perahu tersebut atau malah jadi mengkonfirmasi bahwa ucapan Jerry benar. Sejak kasus Charles, sejujurnya aku tidak mau terlalu menunjukkan rasa sukaku kepada seseorang. Aku takut perasaan yang mencolok itu malah akan membuat orang tersebut menjauh dariku.

“Ga bisa dong! Nanti kalau kamu tenggelam siapa yang nyelamatin?” Jerry masih juga bercanda dan intinya menolak pindah.

“Gak apa - apa aku aja yang pindah, daripada jadi nyamuk” Lidya buru – buru turun dan pindah ke perahu seberang. Akhirnya acara dayung mendayung pun dimulai.

“Jer, memangnya kamu udah bisa berenang?” Tanya Hadi sambil mulai mendayung ke tengah danau.

“Ngga. Belum bisa” Jawab Jerry jujur.

Lihat selengkapnya