Menganalogikan Cinta

amanda lestari c
Chapter #11

Cinta itu Bagaikan Gembok

Komunikasi adalah cara terbaik untuk mengetahui isi hati seseorang dan untuk mendekatkan hati kita ke hati orang lain.

Bandung, 2009.

Aku memulai awalan tahun yang baru dengan pindah ke Gereja Chryssan. Disana aku disambut ramah oleh salah seorang teman Chryssan yang juga merupakan petugas Tata Usaha bernama April. April memiliki bentuk tubuh yang berisi, rambut panjang dan kepribadian yang sangat ceria. Ia memberikanku sebuah form yang berisi data diri. Menariknya, salah satu form itu menanyakan cita – citaku yang langsung kutulis ‘Menjadi istri Pak Bernard’ tanpa pikir panjang.

Aku pun masuk ke dalam komunitas Remaja di Gereja Chryssan. Ada cukup banyak orang yang berada disana dan ada satu orang yang menarik perhatianku. Dia adalah pria yang berkulit putih, memakai kacamata dan kemeja yang rapi, rambutnya pendek di gel ke atas. Seperti biasanya, jika ada pria dengan ciri putih, tinggi, memakai kacamata aku pasti langsung memperhatikannya dengan detail.

“Chrys, itu yang duduk di baris kedua paling kanan, siapa namanya?” Aku menyikut lengan Chryssan, sambil menunjuk pria yang sedari tadi aku perhatikan itu.

“Harris Na, tapi kamu jangan suka sama dia, soalnya dia lebih kecil usianya dari kita” Sekian lama berteman, tentunya Chryssan sudah tahu ciri – ciri dari pria yang kusukai. Ia langsung tahu bahwa aku sudah mulai mencari sosok lain yang dapat tergapai.

“Ooo, sayang juga ya, padahal dia tipeku” jawabku pede. Seakan jika aku mengejarnya, aku bisa mendapatkannya padahal sejauh ini cintaku terus menerus bertepuk sebelah tangan.

Siang itu Chryssan sedang melakukan persiapan Katekisasi. Katekisasi sendiri adalah pengajaran yang didapatkan seseorang untuk persiapan Babtis ataupun pindahan Gereja. Aku yang malas mengikuti Chryssan akhirnya memutuskan untuk menunggu Chryssan hingga selesai di sebuah kursi panjang dekat gerbang keluar Gereja.

“Sendirian aja, Chryssan mana?” Tanya Kak Leo sambil duduk di sebelahku. Kak Leo adalah seorang Mahasiswa di Universitas M. Dia orang yang sangat ramah namun aku selalu menjaga jarak dengannya karena ada satu sifatnya yang selalu mengingatkanku pada Jerry.

“Lagi Katekisasi Kak.” Jawabku cepat dan tidak mau bertanya juga apa yang Kak Leo lakukan karena aku hanya ingin mengakhiri percakapan kami dengan cepat.

“Ooo, yaudah deh. Aku temanin kamu sampai Chryssan balik Kasihan masa cewek cantik dianggurin” Aku tersenyum kecil kearah Kak Leo. Ya! Hal inilah yang membuatku mengingat Jerry, setiap kali berbicara dengan Kak Leo. Mereka sama – sama gombal. ‘Duh! Pergi ajalah dari sini’  pikirku dalam hati. Namun anehnya seiring kami mulai bicara, aku malah mulai merasa nyaman dengan Kak Leo. Ia benar – benar mampu mencairkan suasana.

Seringnya, kita cepat menilai seseorang dan membangun tembok kita sendiri. Nyatanya, orang yang kita nilai buruk itu bisa jadi orang baik yang membawa banyak kebaikan dalam hidup kita.

Lihat selengkapnya