MENGAPA HIDUPKU TERPURUK?

Putri Lin Apriani
Chapter #3

Kota Sampit

Pada jam 04.00 pagi, Riycle terbangun dari tidurnya karena merasa ingin minum. Namun, air di dalam kamar ini malah habis. Dia pun mengambil ponselnya untuk meminta pelayan di sini agar bisa mengambilkannya minuman, Riycle juga membuka pintu kamar sembari mengawasi keadaan di sekitarnya.

Namun, dia malah melihat di bawah tangga ada bayangan nenek-nenek yang seakan meminta dirinya turun. Tanpa ada rasa takut. Kaki Riycle pun perlahan demi perlahan menghampiri nenek yang telah menunggunya di sofa, entah kenapa juga tiba-tiba matanya mengantuk secara tiba-tiba.

Riycle pun merebahkan kepalanya di atas pangkuan nenek itu, nenek pun mengelus-ngelus lembut rambut Riycle dengan penuh kasih sayang. Di dalam hati sang nenek. Dia tidak akan pernah menculik Riycle, karena Riycle ini adalah seorang anak yang mempunyai hati selembut malaikat.

Malahan di benaknya. Dia ingin melindungi Riycle dari marabahaya gangguan alam astral, bahkan terlalu dalam memikirkan Riycle. Membuat dirinya memutuskan berubah menjadi sosok nenek yang selalu berbuat baik pada anak-anak, dia pun menghilang ketika sinar matahari mulai menyinari setiap sudut ruangan resort.

Kenita pun terbangun dengan rasa panik yang menimpanya, dia sudah tidak peduli lagi pada rambutnya yang acak-acakan. Sekarang dia hanya berlari dengan teriakan memanggil-manggil nama Riycle, tapi yang dicarinya malah nyenyaknya tiduran di atas sofa.

Karena terganggu akan guncangan Kenita yang menangisinya, akhirnya membuat Riycle terbangun dengan mengucek-ngucek matanya. Dia juga menerima pelukan erat Kenita bagaikan orang yang sedang ketakutan, tetapi apa yang dilakukan Riycle. Matanya malah melihat kesana-kemari, seakan ada yang sedang dicarinya.

"Kak, sosok nenek yang Riycle lihat kemarin dia dimana? Lalu kenapa Riycle malah tiduran di atas sofa ini, ugh. Badan Riycle jadi sakit, wajah kalian semua kenapa seperti sedang mengkhawatirkan seseorang?"

"Kami panik karena dirimu, Riy. Kakak hampir kehilangan akal karena takut kamu hilang, kakak juga bingung kenapa kamu malah tidur di sofa ini. Bukannya kamu malam tadi tidur sama kakak, nenek. Nenek siapa yang kamu tanyakan itu, Riy. Apa perlu kami panggilkan semua nenek-nenek yang juga menginap di resort ini, coba kamu ingat-ingat lagi kejadian mulai tadi malam."

"Entahlah, Riycle seketika malah jadi kebingungan. Yang Riycle ingat, Riycle shubuh tadi meminta pelayan di sini untuk mengambilkan Riycle minuman. Tenggorokan Riycle merasa kehausan, kak. Lalu ada sosok nenek-nenek yang meminta Riycle untuk menemaninya, tapi keadaan Riycle tidak apa-apa. Nenek itu seakan senang menjaga Riycle, coba kita panggil nenek-nenek. Riycle mau memastikan apakah yang Riycle alami tadi malam itu nyata, atau cuma halusinasi saja."

"Semua pelayan tolong panggilkan nenek-nenek untuk datang kemari."

"Baik, nyonya muda."

"Sebaiknya kalian kembali ke kamar lagi untuk mandi."

"Baik, mama."

"Ayah, apa lebih baik kita juga panggilkan ustad kesini untuk memastikan keadaan Riycle tetap baik-baik saja, mama tidak mau setelah kejadian ini anak-anak kita malah.."

"Baik, ayah panggilkan ustad kepercayaan kita yang berada di dekat resort ini."

Setelah mereka sudah selesai mandi dan makan pagi bersama siapa saja yang sudah mereka panggil, Riycle sama sekali tidak menemukan sosok nenek yang tidak senghaja dia temui tadi malam. Sang mama yang tidak mau Riycle kenapa-napa karena Riycle celingak-celinguk, beliau pun langsung memberikan kode agar ustad secepatnya menangani Riycle.

Riycle pun angguk-angguk saja menuruti apa saja kemauan sang mama yang membuat ustad itu memakaikan benang tebal berwarna hitam yang sudah dirazah dan di bacakan doa-doa di sisi kalung emas Riycle, Riycle juga sudah habis meminum air doa yang membuat tenggorokannya kembali normal.

"Maaf, ustad. Apakah setelah ustad lakukan yang terbaik untuk Riycle, dia nanti masih dalam keadaan normal. Saya takut anak saya ada dalam gangguan, ataukah ada hal lain yang harus kita lakukan lagi?" Ibu Arrayheni terlihat ikut panik.

"Tenang, bu. Anak ibu selalu dalam keadaan baik-baik saja, saya rasa sosok nenek-nenek yang hampir mengganggunya itu telah berubah menjadi sosok yang baik. Setelah ini, lebih baik kita adakan saja acara pengajian di dalam dan area resort ini."

"Jika harus begitu, maka marilah kita persiapkan."

Persiapan itupun akhirnya dilakukan mereka di saat shalat magrib selesai dilaksanakan, lalu sekarang mereka melanjutkan dengan melakukan acara pengajian. Malam ini hati mereka terenyuh karena khidmatnya acara yang adem dengan adanya pembacaan senandung doa al-qur'an dan ceramah oleh sang ustad, tak berselang lama.

Acara pun sudah selesai, semua tamu undangan dadakan mereka masing-masing membubarkan diri. Tidak lupa juga ibu Arrayheni meminta pelayan menyediakan apapun yang diperlukan anak-anaknya, serta di dua kamar yang mereka tempati.

Itu di sediakan penjagaan dan pelayanan yang lebih ketat, karena hari kembali tenang mereka masuk ke kamar untuk menidurkan diri. Bangun di pagi hari yang gerah dan bukannya sejuk, membuat Kenita dan Riycle berebut kamar mandi untuk mandi lebih awal.

Alhasil mereka malah mandi berdua, di dalam sana Kenita malah menjahili Riycle dengan berebut sabun dan sampo. Namun, ini tidak membuat mereka berkelahi. Malahan keduanya saling tertawa ria, setelah selesai mandi memilih mageran di dalam kamar dan meminta pelayan menyuapi mereka makan, dibilang manja.

Ya, ini sangatlah jarang mereka lakukan. Di rasa perut sudah kenyang, mereka melanjutkan menyejukan wajah dengan maskeran. Minuman dingin juga telah tersedia di atas nakas, mereka melakukan ini secara bergantian.

Namun, keduanya tidak menyadari kalau sedari tadi ada polisi muda yang memperhatikan kegiatan malas-malasan mereka. Polisi laki-laki itu tidak mengalihkan lirikannya dari Kenita, senyum di wajahnya pun tidak pernah luntur.

Lihat selengkapnya