Hari berganti, pagi yang cerah pun tiba. Aku membuka mata perlahan-lahan. Waktu itu pukul 5 pagi, aku bangun dan sedikit terkejut. Disampingku ada seorang pria yang sedang tidur. Ya, dialah suamiku, Andi. Kupandangi dia untuk sejenak, dan berkata dalam hati. "Benar, aku sudah menikah". Setelah itu, aku turun dari tempat tidur menuju dapur. Aku akan mempersiapkan sarapan untuk keluarga baruku. Iya, sekarang aku adalah seorang istri, ibu, sekaligus menantu di rumah ini.
Sampai di dapur, aku bingung apa yang harus ku masak.Aku bahkan tak tahu selera makanan mereka. Akhirnya kukeluarkan bahan-bahan seadanya yang ada di kulkas. Aku memasak apapun yang ku bisa. Pukul 06.00 aku selesai memasak, sekarang tugasku membangunkan suami dan anak-anak. Saat itu ibu, ayah, dan nenek sudah bangun terlebih dulu.
Aku menuju kamarku terlebih dahulu untuk membangunkan suamiku. Masih canggung bagiku untuk memanggilnya secara non formal. Lalu,
"Pak, Pak Andi, silahkan bangun, sarapan sudah siap.", kataku lirih.
(Dia bangun dan berkata.)
"Iya, aku akan bangun.", jawabnya.
Setelah selesai membangunkan suamiku, aku pergi ke kamar anak-anak. Pertama aku ke kamar Miko, aku kemudian mengetuk pintu kamarnya.
"Tok, tok, tok."(suara pintu diketuk)
"Iya, masuklah.", jawab Miko.
"Miko, sarapan sudah siap."(aku masuk ke kamar Miko dan menyuruhnya sarapan)
"Oh, ibu baru. Hai, ibu baru. Baiklah aku akan pergi untuk sarapan. Hore, akhirnya aku mencicipi masakan ibu baru." (katanya sambil tersenyum dan keluar dari kamar)
Walaupun cara Miko menyapaku sedikit aneh, tapi mungkin dialah yang paling bisa menerimaku setelah nenek Wira di rumah ini. Miko adalah mahasiswa semester pertama Universitas ternama di Indonesia. Putra pertama Tuan Andi yang sangat dia banggakan. Setelah selesai membangunkan Miko, aku pergi ke kamar Nia. Aku mengetuk pintu kamarnya berkali-kali, tapi tak ada jawaban. Akhirnya aku masuk ke kamarnya, tapi tiba-tiba.
"Hei tante, jangan sembarangan masuk kamarku dong." (Nia membentak ku karena masuk ke kamarnya)
"Maaf, aku tidak sengaja. Aku sudah mengetuk pintu kamarmu tapi kamu tidak menjawab.",
"Kalo gitu, artinya aku gak mau tante masuk, tahu.", jawab Nia ketus.
"Maaf, aku hanya ingin bilang kalau sarapan sudah siap."
" Iya, iya. Sudah sana keluar dulu.", jawab Nia sambil mengusirku.
Benar, diantara anggota keluarga di rumah ini, hanya Nia yang benar-benar menunjukkan kebenciannya kepadaku. Nia tidak pernah mau ada yang menggantikan posisi ibunya di rumah ini. Dan aku pun sebenarnya tak ingin menggantikan posisi siapapun di rumah ini.