Mengapa Kita

Rani Septiani
Chapter #1

Prolog

"Kamu percaya?"

Diandra menganggukkan kepala. "Karena saya tahu kamu nggak akan ingkar janji."

"Kalo kamu mau berjuang sama aku. Kamu ambil boneka ini dan kamu jaga baik-baik. Tapi kalo kamu gak mau berjuang sama aku, kamu balik badan dan langsung menjauh dari hadapan aku."

Diandra tersenyum, lalu balik kanan. Membuat hati Alfa tersentak karena ini diluar dugaannya. Tapi siapa sangka, bukannya berlari menjauh. Diandra balik badan lagi dan merebut boneka pesawat yang ada di tangan Alfa dengan cepat setelah itu balik badan dan berlari sekencang yang Diandra bisa. Alfa mematung di tempat, saking bahagianya, Alfa sampai tidak tahu harus berbuat apa.


***

"Kenapa kamu seneng banget aku kasih boneka pesawat ini? Maksud aku, harga boneka ini gak mahal. Dan aku ngasihnya boneka loh, bukan tas atau baju branded yang harganya fantastis?" tanya Alfa setelah menahan pertanyaan ini selama seminggu. Tapi akhirnya Alfa tanyakan juga saking penasarannya.

"Bukan soal harga dan merk apa. Saya nggak pernah mandang sesuatu itu berharga dari harganya yang wow. Tapi saya ngeliat dari siapa barang ini dikasih, dan perjuangan orang itu untuk memberi saya hadiah. Karena setiap kali dikasih hadiah sama siapa pun itu, saya selalu senang banget dan nggak mau mandang harga dan nggak peduli juga sama harganya. Malahan kalo saya dikasih barang yang harganya mahal, saya ngerasa nggak enak sama orang itu karena itu mahal banget gitu loh." Diandra bercerita dengan semangat membuat Alfa tersenyum mendengar ucapan dan ekspresi Diandra. Ya, Diandra. Perempuan sederhana dari keluarga pekerja keras yang selalu tampil sederhana, tetapi begitu istimewa.

"Kenapa emangnya?" tanya Diandra balik, karena setelah Diandra menjawab panjang lebar, Alfa tidak memberi respon apa pun. Alfa malam tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepala. Diandra tidak tahu saja, Alfa saat ini sedang memuji Diandra di dalam hati dan pikirannya.

"Ini jawaban yang gak pernah aku denger dari orang lain. Disaat orang disekitarku pengen dikasih hadiah yang mewah dan mahal, kamu malah seneng banget dikasih hadiah yang sederhana. Kamu emang spesial, Ra."

"Jangan berlebihan deh. Kami puji gitu ntar saya terbang nih," jawab Diandra sambil tertawa.

"Oh iya, kenapa kalo ada orang memuji kamu, kamu selalu menghindar kayak tadi contohnya?"

"Saya manusia biasa, Al. Kalo ada orang yang memuji dan mengucapkan hal baik tentang saya, saya mengucap syukur dan mengaamiinkan apa yang mereka ucapkan. Saya menghindar karena takut aja nanti perasaan angkuh atau sombong muncul di hati, saya juga manusia biasa jadi harus mengantisipasi supaya perasaan sombong itu nggak muncul."

"Kenapa kamu bisa sebijak ini? Ada hal atau sesuatu yang membuat kamu punya cara pandang yang luar biasa untuk melihat dunia?"

"Ilmu, pengalaman, didikan orang tua, dan hal-hal baik yang diajarkan sama guru dan semua orang itu membuat saya mencoba untuk menyikapi segala sesuatu dari berbagai sudut pandang. Kamu juga tahu kan kalo saya itu lahir dari keluarga yang sederhana, Alhamdulillah sekarang diberi titikan rezeki yang sangat cukup. Saat dulu keluarga saya masih di kategori ekonomi menengah ke bawah, ada bebagai pandangan dan perlakuan berbeda-beda dari setiap orang. Ada yang memandang dengan pandangan dan sikap yang baik, ada juga yang memberi pandangan, sikap dan ucapan yang nggak mengenakkan di hati. Itu yang membekas di hati saya dan saya selalu bilang ke diri saya kalo suatu saat nanti saya jadi orang sukses, saya harus jadi orang yang rendah hati, dermawan, baik ke semua orang, menjaga lisan. Saya juga terus berdoa, memohon bimbingan kepada Allah agar saya tetap berada di jalan yang diridhoi-Nya."

Lihat selengkapnya