Mengeja(r) Senja

Zasenja
Chapter #2

Kekecewaan

Jika menangis bisa menghilangkan semua kisah yang pernah tertuang dalam buku kehidupanku, maka itu akan kulakukan. Jika terus berdiam bisa mengembalikan semua kata yang pernah kuucapkan untuk seseorang yang tidak berarti itu, maka akan aku lakukan. Aku tidak lagi peduli dengan rasa sakit dan kekecewaan yang tidak berarti itu. Aku hanya takut Tuhan tidak bisa menerima apa-apa yang akan aku tuliskan dalam buku kehidupanku ke depannya. Karna disana sudah terukir lembaran kotor tidak berguna, penuh dengan kekejian. Penuh dosa yang aku sendiri tidak bisa membayangkan bagaimana besarnya.

Jika waktu yang terus berjalan berhenti sebentar saya untukku, atau berhenti untuk selamanya dan aku akan menutup buku itu dengan penuh penyesalan. Ia penyesalan, semua yang tersisa hanya sebuah penyesalan. Karena selain itu tidak ada lagi yang berarti, aku tidak berarti sama sekali.

*

Seorang gadis baru saja terbangun dari sisa tidurnya, semua mimpi nyata yang dialami ia harapkan tidak akan terjadi kepada siapapun. Keterkejutannya dan rasa sakit yang membuatnya lemah perlahan ditepis untuk menyelamatkan dirinya untuk yang kedua kalinya, ia meraih satu persatu pakaian yang berhamburan di samping pembaringan, ia kenakan rok plisket berwarna hitam, kaos lengan panjang polos berwarna hitam, jaket jeans, kemudian meraih jilbab berwarna hitam. Pakaian yang ia kenakan tadi malam ketika makan malam bersama Glen.

Derai dari matanya kembali tumpah tak kunjung berhenti, dipeluknya dengan erat jilbab pemberian Ibunya seminggu yang lalu ketika ia pulang ke Desa. Ibu apakah aku masih pantas mengenakan jilbab pemberian ibu? Apakah diri yang sudah kotor ini masih pantas mengenakan jilbab? Tanyanya dalam pikirannya yang semakin kacau.

“Setelah ini, lebih baik kamu pergi.” Sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak dikenali baru saja ia baca. Ia menduga bahwa pesan itu dari Glen, menjadikan derai di pipinya semakin deras.

Ia segera meraup barang-barang miliknya yang berada diatas nakas, ia menemukan sebuah amplop berisi surat. Ia menemukan selembar foto dirinya bersama Glen yang sedang tertidur disebelahnya, membuat ia merasa jijik dengan dirinya sendiri. Ia segera memasukkan foto itu didalam amplop yang sama kemudian segera beranjak meninggalkan hotel.

Ia berjalan tersaruk saruk keluar hotel, sendirian. Dengan mata yang masih saja terus mengeluarkan kesedihannya. Hotel itu benar-benar sepi seperti tanpa penghuni, namun masih rapi dan sangat terawat. Bagus, itu artinya tidak ada yang perlu memperhatikannya yang sedang kacau.

Jikalau pun ada seseorang disini, pasti tetap tidak akan ada yang memperhatikannya, karna memang tidak ada yang peduli dengannya, satu-satunya yang harus peduli adalah dirinya sendiri.

Ia sudah tidak tahu harus bagaimana. Bagaimana menjalani kehidupannya yang sudah tidak berarti, bagaimana memperbaiki lembaran kotor pada buku kehidupannya. Ia hanya berdiam seorang diri dikamar kos berukuran lima kali empat meter yang baru ditempati sejak setahun lalu.

Lihat selengkapnya