MENGEJAR CAHAYA

Wini Afiati
Chapter #25

TO LET IT GO

Malam datang menjelang. Aku sedang mengerjakan tugas desain, ketika ponselku berbunyi, sebuah nama muncul. Risa. Aku bergegas membuka pesannya. Di Indonesia jam segini ini saat Risa pulang bekerja.

[Mas, Bunda menjodohkanku dengan anak temannya. Dia ternyata teman sekantorku, namanya Fauzan. Dan, tadi siang Fauzan mengutarakan keinginannya untuk melamarku. Apa yang harus aku lakukan?]

Deg! Kuucap istighfar, apa yang selama ini kutakutkan akhirnya terjadi juga. Apa yang harus kujawab? Jika menuruti hawa nafsu, aku akan meminta Risa menolak mentah-mentah lamaran itu, bukankah dia sudah janji untuk menungguku pulang? 

Namun, hati kecilku yang lain menegur. Aku teringat nasihat Kang Ahmad saat masih di Bandung waktu Alvin mengajakku berkonsultasi masalah jodoh padanya. Ia yang kami datangi karena keluasan ilmu agama-Nya.

"Rio dan Alvin, jodoh itu rahasia Allah. Sekuat apa pun kita setia. Selama apa pun kita menunggu. Sekeras apa pun kita bersabar. Sejujur apa pun kita menerimanya. Jika takdir Allah menentukan, kita bukan dengannya, kita tidak akan pernah bersama. Sebaliknya, jika ia jodoh yang ditetapkan Allah, sesulit apa pun jalannya, Allah akan mempertemukan," urainya lagi.

Kang Ahmad melanjutkan kata-katanya, "Karena tulang rusuk dan pemiliknya tak kan pernah tertukar dan akan bertemu pada saat yang tepat."

Maka kuketik jawaban untuk Risa dengan hati yang tercabik-cabik, belajar untuk ikhlas atas ketentuan-Nya.

[ Istikharahlah Risa. Tanyalah pada Allah. Dia akan menunjukkan jalan-Nya. ]

Jeda beberapa lama, Risa membaca, tetapi tidak membalas. Aku mengetik lagi.

[Risa, jodoh adalah rahasia Allah. Biarlah Allah tunjukkan jalan-Nya untuk kita. Yakinlah Risa, jika kita berjodoh, kita pasti bersatu. Namun, jika bukan, ikhlaslah. Pasti itu yang terbaik untuk kita. Mas sayang Risa dan berharap yang terbaik untukmu.] 

Risa membaca, tetapi tak jua membalas. Kuletakkan ponsel di meja, dan melanjutkan pekerjaanku yang tertunda. Sesekali aku melirik ponsel, menunggu jawaban Risa.

Mengapa kau tak menjawab, Risa? Apa kau tertidur dengan ponsel yang masih aktif? Ah, aku kehilangan konsentrasi. 

Kubangkit dari kursi belajar. Aku menuju kamar mandi dan berwudu. Saatnya mengadu pada-Nya.

***

Baru keesokan harinya ada jawaban dari Risa. 

[ Mas Rio, aku selalu sayang Mas Rio. Tapi ada hadis yang mengatakan “Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar.” Dan aku takut menyakiti hati Bunda, tetapi hatiku merasa berat menerima lamaran Fauzan.

Lihat selengkapnya