Mengejar Dosa

Rifin Raditya
Chapter #2

Rumah yang Penuh Suara Pecah

Suara riuh para siswa pada jam istirahat hanya menjadi bayangan jauh di telinga Wage. Ia duduk di hadapan kepala sekolah dengan tubuh tegang dan tatapan yang kosong, seolah seluruh keberaniannya sudah habis sebelum ia membuka pintu ruangan itu. Kepala sekolah menatapnya serius, lalu berkata dengan nada hati-hati namun tetap tegas.

“Anak bapak sudah tidak masuk sekolah selama dua minggu. Sebelumnya kami sudah memberikan peringatan kepada wali yang bersangkutan. Tapi tampaknya tidak ada perubahan apa pun.”

Wage tak sanggup menatap balik. Ia hanya menunduk, meremas jemarinya sendiri. Kepala sekolah menarik napas dan menatap wajah Wage yang tampak melas.

“Sesuai peraturan sekolah, kami harus mengeluarkan anak Bapak.”

Kata-kata itu jatuh pelan, namun beratnya menghantam Wage seperti sesuatu yang tidak ia siap terima. Pandangannya sempat naik menatap langit-langit, seolah mencari jawaban atau kekuatan di antara genteng dan lampu neon. Lalu ia kembali menatap kepala sekolah.

“Sebelumnya maaf kalau anak saya merepotkan,” katanya lirih.

Ia bangkit, menyalami kepala sekolah, dan keluar dengan langkah berat serta dada yang kian sesak oleh rasa kecewa.

Begitu berada di luar lingkungan sekolah, Wage langsung disambut panasnya udara siang. Jalanan penuh pedagang kaki lima yang menawarkan dagangan sambil berteriak, anak-anak berlarian tanpa peduli sekitar, serta kendaraan yang membunyikan klakson tanpa jeda. Wage berjalan cepat, hampir seperti berlari, mengusap keringat yang terus muncul di lehernya. Wajahnya kesal, napasnya pendek, dan langkahnya semakin dipercepat seperti seseorang yang sedang mengejar bayangan yang tidak ingin ia temui, namun harus.

Anak itu harus berubah. Kalau tidak, habis sudah hidupnya. Habis!

Ia akhirnya sampai di warnet yang ramai dan pengap. Suara klik mouse, ketukan keyboard, dan teriakan antusias para pelajar memenuhi ruangan. Di sudut, Samsul duduk membungkuk menghadap layar, wajahnya bersinar oleh cahaya game yang tengah berlangsung.

“Anjing! Hampir aja kena!” umpatnya sambil menekan keyboard dengan cepat. Hero-nya di DOTA sedang bertarung sengit.

Pasti seru ya hidup kamu, Sul. Beda sama bapakmu yang tiap hari cuma mikir utang dan kerjaan, pikir Wage, amarahnya makin naik.

Lihat selengkapnya