Rara dan Dina adalah sahabat sejak kecil. Mereka selalu bersama di sekolah maupun di luar sekolah. Mereka juga memiliki kepribadian yang berbeda. Rara adalah siswi yang rajin, tekun, dan bertanggung jawab. Dia selalu mendapat nilai bagus di semua mata pelajaran. Dina adalah siswi yang ceria, percaya diri, dan suka bersosialisasi. Dia pandai bergaul dengan semua orang, tetapi kurang serius dalam belajar. Suatu hari, mereka mendapat tugas kelompok untuk membuat makalah tentang sejarah Indonesia. Rara bertugas sebagai ketua kelompok, sedangkan Dina sebagai anggota. Mereka berdua harus bekerja sama untuk menyelesaikan tugas tersebut.
Rara dan Dina adalah teman sekelas yang berbeda sifat dan penampilan. Rara adalah seorang gadis yang pendiam dan suka membaca buku. Ia berambut hitam panjang dan berkulit sawo matang. Ia memiliki mata cokelat dan hidung mancung. Ia biasanya mengenakan seragam sekolahnya yang terdiri dari kemeja putih, dasi merah, rok abu-abu, dan sepatu hitam. Dina adalah seorang gadis yang ceria dan suka bergaul. Ia berambut pirang pendek dan berkulit putih. Ia memiliki mata biru dan hidung mungil. Ia biasanya mengenakan seragam sekolahnya yang terdiri dari kemeja biru, dasi kuning, rok merah, dan sepatu putih. Suatu hari, mereka berdua mendapat tugas kelompok untuk membuat presentasi tentang budaya Indonesia. Mereka harus bekerja sama dan mencari informasi dari berbagai sumber.
Rara sangat serius dalam mengerjakan tugasnya. Dia membaca banyak buku dan sumber referensi lainnya untuk mencari informasi yang relevan dan akurat. Dia juga membuat kerangka dan rancangan makalahnya dengan rapi dan terstruktur.
Dina tidak terlalu peduli dengan tugasnya. Dia lebih suka bermain game, menonton film, atau mengobrol dengan teman-temannya. Dia berpikir bahwa tugasnya bisa diselesaikan dengan mudah, asal ada Rara yang membantunya. Rara dan Dina pun pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku-buku yang relevan.
Rara: Dina, kamu bisa cari buku tentang tari-tarian tradisional Indonesia? Aku mau cari buku tentang pakaian adat dan senjata khas.
Dina: Baiklah, Rara. Tapi jangan lama-lama ya. Aku mau cepat selesai tugas ini. Aku ada janji sama pacarku nanti sore.
Rara: Iya, iya. Aku juga mau cepat selesai. Tapi kita harus kerjakan dengan baik, Dina. Ini kan nilai akhir semester kita.
Dina: Tenang aja, Rara. Kita pasti bisa. Kamu kan pintar, aku kan cantik. Kita kombinasi sempurna. (tersenyum)
Rara: (menggelengkan kepala) Kamu itu, Dina. Selalu saja bercanda. Ayo, kita cari buku-bukunya.
Dina: Oke, oke. Aku ikut kamu.
Mereka pun berjalan ke rak buku yang berisi koleksi tentang budaya Indonesia. Rara mencari buku dengan teliti, sementara Dina mencari buku dengan asal. Rara menemukan beberapa buku yang bagus, sementara Dina hanya menemukan satu buku yang tipis. Mereka pun membawa buku-buku itu ke meja dan mulai membacanya.
Rara: Dina, kamu baca buku apa itu?
Dina: Ini buku tentang tari-tarian tradisional Indonesia. Tapi isinya cuma sedikit. Cuma ada gambar-gambar tariannya aja.
Rara: Kamu gak bisa pakai buku itu, Dina. Kita harus cari buku yang lebih lengkap. Yang ada penjelasan tentang sejarah, makna, dan gerakannya.
Dina: Ah, susah amat sih, Rara. Bukannya kita bisa cari di internet aja? Kan lebih mudah dan praktis.
Rara: Tapi kita gak boleh cuma ngandelin internet, Dina. Kita harus pakai sumber yang kredibel dan akurat. Buku-buku ini kan sudah ditulis oleh ahli-ahli yang berpengalaman.
Dina: Ya sudah, ya sudah. Kamu cari buku yang lain aja. Aku tunggu di sini. Aku mau main hape dulu. (mengeluarkan hape dari tasnya)
Rara: (menghela napas) Dina, kamu gak serius nih. Kita harus kerja sama, Dina. Kita gak bisa kerja sendiri-sendiri.
Dina: Iya, iya. Nanti aku bantu kamu. Sekarang aku mau istirahat dulu. Aku capek, Rara. Aku kan baru pulang dari les piano.
Rara: (menggigit bibir) Baiklah, Dina. Tapi jangan lama-lama ya. Kita harus segera selesai tugas ini. Besok kan harus dikumpulkan.
Dina: Iya, iya. Tenang aja, Rara. Kita pasti bisa. Kamu kan pintar, aku kan cantik. Kita kombinasi sempurna. (tersenyum lagi)
Rara: (menggelengkan kepala lagi) Kamu itu, Dina. Selalu saja bercanda. (berdiri dan berjalan ke rak buku lagi).
Rara mulai mengetik makalahnya di laptop, sementara Dina duduk di sofa dan memainkan ponselnya. Rara sesekali menoleh ke arah Dina dan menunjukkan ekspresi kesal. Dina tidak menyadari hal itu dan terus asyik dengan ponselnya.
Setelah beberapa jam, Rara akhirnya menyelesaikan makalahnya. Dia mencetaknya dan memberikannya kepada Dina untuk dibaca dan dikoreksi.
Rara: Dina, tolong baca dan koreksi makalah ini. Aku sudah capek banget. Kamu bisa bantu aku sedikit, kan?
Dina: (menatap makalah itu dengan malas) Eh, udah selesai? Wah, kamu hebat, Rara. Aku bangga punya sahabat seperti kamu. (mengambil makalah itu dan membacanya sekilas)
Rara: (mengerutkan dahi) Dina, jangan cuma puji-puji doang. Baca yang bener, dong. Ini kan tugas kita berdua. Kamu juga harus ikut bertanggung jawab.
Dina: (mengangkat bahu) Ya udah, ya udah. Aku baca kok. (membaca makalah itu dengan cepat dan sembarangan)
Dina tidak benar-benar membaca makalah itu. Dia hanya melihat judul, subjudul, dan kesimpulan. Dia tidak memperhatikan isi, struktur, dan bahasa makalah itu. Dia menganggap bahwa makalah itu sudah sempurna, karena dibuat oleh Rara.
Dina: (menyerahkan kembali makalah itu kepada Rara) Nah, udah selesai. Makalahnya bagus banget, Rara. Aku yakin kita bakal dapet nilai A. Kamu memang jenius. (tersenyum lebar)
Rara: (mengambil makalah itu dan melihatnya dengan curiga) Kamu yakin udah baca semua? Kamu nggak nemuin ada yang salah atau kurang?
Dina: (menggelengkan kepala) Nggak ada, kok. Semuanya udah oke. Kamu nggak usah khawatir. Ayo, kita istirahat dulu. Aku lapar nih. Kamu ada cemilan apa? (berdiri dan berjalan ke dapur)
Rara: (menghela napas) Ya sudah, deh. Aku percaya sama kamu. (menyimpan makalah itu di dalam tas dan mengikuti Dina ke dapur).
******
Keesokan harinya Rara dan Dina datang ke sekolah dengan membawa makalah mereka. Mereka berjalan menuju kelas mereka, sambil berbincang-bincang.
Dina: (berceria) Wah, hari ini cuacanya cerah banget, ya. Aku seneng banget. Apalagi kita udah selesai tugas kita. Kita bisa santai-santai sekarang.
Rara: (tersenyum) Iya, aku juga seneng. Tapi jangan terlalu santai, ya. Kita masih harus belajar untuk ujian minggu depan.
Dina: (mengeluh) Ah, jangan ngomongin ujian, dong. Bikin stres aja. Lagian, kita kan masih punya waktu. Kita bisa belajar nanti sore. Sekarang, kita nikmatin aja hari ini.
Rara: (mengangguk) Ya, ya. Tapi jangan lupa, ya. Kita harus belajar dengan serius. Jangan cuma main-main.
Dina: (mengangkat jempol) Siap, bos. Aku janji. (mengedipkan mata)
Rara dan Dina sampai di kelas mereka. Mereka melihat guru sejarah mereka sudah ada di depan kelas. Mereka segera masuk ke kelas dan mencari tempat duduk mereka.