Mengejar Mimpi, Menemukan Cinta

Suryaning Bawono
Chapter #2

Bioskop

Suatu hari, Rara dan Dina sedang berjalan pulang dari sekolah. Mereka berdua adalah sahabat karib yang selalu bersama sejak kecil. Mereka berbagi banyak minat dan cita-cita, meskipun memiliki kepribadian yang berbeda.

Rara: Dina, kamu tahu kan besok ada ujian biologi? Ayo kita belajar bareng di rumahku nanti sore. Aku bisa bantu kamu mengulang materinya.

Dina: Ah, biologi... Aku kurang suka pelajaran itu. Terlalu banyak nama-nama latin yang sulit dihafal. Lagipula, aku kan sudah punya cita-cita lain. Aku mau jadi penulis yang terkenal. Aku lebih suka menulis puisi dan cerita daripada belajar biologi.

Rara: Tapi Dina, kamu harus tetap belajar biologi. Kamu kan tidak mau nilai kamu jelek. Lagipula, biologi itu penting untuk mengetahui tentang tubuh manusia dan makhluk hidup lainnya. Kamu bisa mendapatkan inspirasi untuk menulis dari biologi juga.

Dina: Hmm, mungkin kamu benar. Tapi aku tetap merasa bosan dengan biologi. Aku lebih suka belajar tentang budaya-budaya dari berbagai negara. Kamu tahu tidak, di India ada festival yang disebut Holi, di mana orang-orang saling melempar bubuk warna-warni. Aku pengin banget ikut festival itu. Pasti seru sekali.

Rara: Wah, itu memang terdengar menarik. Tapi kamu harus ingat, kita masih siswa. Kita harus belajar dengan rajin agar bisa mencapai cita-cita kita. Kamu mau jadi penulis yang terkenal, kan? Aku mau jadi dokter yang bisa membantu orang-orang yang sakit. Kita harus berusaha keras untuk mewujudkan mimpi kita.

Dina: Iya sih, kamu memang selalu cerdas, rajin, bertanggung jawab, dan berani. Aku kagum dengan kamu, Rara. Kamu adalah teman terbaikku. Kamu selalu peduli dengan aku dan mendukung aku dalam segala hal.

Rara: Kamu juga teman terbaikku, Dina. Kamu adalah gadis yang kreatif, imajinatif, humoris, dan mandiri. Kamu memiliki bakat menulis yang luar biasa. Kamu selalu membuatku senang dengan lelucon-leluconmu.

Dina: Makasih, Rara. Kamu memang sahabat sejati. Ayo, kita belajar biologi bareng. Tapi jangan lupa, setelah itu kita juga harus bersenang-senang. Bagaimana kalau kita nonton film komedi di bioskop? Aku punya tiket gratis untuk dua orang.

Rara: Baiklah, Dina. Aku setuju. Kita belajar dulu, baru nonton film. Tapi jangan sampai kita ketawa terlalu keras di bioskop, ya. Nanti orang-orang marah.

Dina: Haha, tenang saja. Kita akan berhati-hati. Pokoknya, kita harus menikmati hidup kita sebagai siswa. Kita masih punya banyak waktu untuk mewujudkan cita-cita kita.

Rara: Iya, kamu benar. Kita harus bersyukur dengan apa yang kita punya. Kita harus selalu bersama dan saling mendukung. Kita adalah sahabat selamanya.

Dina: Amin. Kita adalah sahabat selamanya.

****

Setelah belajar biologi di rumah Rara, Rara dan Dina pergi ke bioskop untuk menonton film komedi yang sedang populer. Mereka berdua sangat senang karena bisa bersenang-senang setelah belajar keras. Mereka membeli tiket, popcorn, dan minuman, lalu masuk ke ruang pemutaran.

Rara: Wah, filmnya sudah mau mulai. Ayo, kita cari tempat duduk yang bagus.

Dina: Iya, ayo. Eh, lihat, ada tempat kosong di baris depan. Ayo, kita duduk di sana.

Rara: Tapi Dina, di baris depan kan layarnya terlalu besar. Nanti kita pusing.

Dina: Ah, tidak apa-apa. Yang penting kita bisa melihat dengan jelas. Lagipula, ini kan film komedi. Pasti banyak adegan lucu yang bikin kita ketawa.

Rara: Ya sudah, kalau kamu bilang begitu. Ayo, kita duduk di sana.

Mereka berdua berjalan ke baris depan dan duduk di kursi yang kosong. Filmnya pun dimulai. Filmnya menceritakan tentang seorang pria yang mencoba menjadi komedian, tetapi selalu gagal dan membuat malu dirinya sendiri. Filmnya penuh dengan lelucon-lelucon yang konyol dan absurd.

Dina: Hahaha, ini filmnya lucu banget. Lihat, dia lagi nyanyi di panggung, tapi suaranya fals. Hahaha.

Rara: Iya, lucu sih. Tapi kasihan juga. Dia kan cuma mau jadi komedian. Dia pasti punya mimpi.

Dina: Ah, jangan terlalu serius, Rara. Ini kan cuma film. Lagipula, dia kan akhirnya berhasil jadi komedian yang terkenal. Itu kan bagian dari ceritanya.

Rara: Iya sih, kamu benar. Tapi tetap aja, aku kasihan. Aku harap dia bisa bahagia.

Dina: Tenang saja, dia pasti bahagia. Ini kan film komedi. Pasti ada happy endingnya.

Rara: Iya, mudah-mudahan. Eh, lihat, ada adegan yang lucu lagi. Dia lagi nyobain kostum superhero, tapi kostumnya kekecilan. Hahaha.

Dina: Hahaha, iya. Lucu banget. Dia kelihatan seperti anak kecil yang main-main. Hahaha.

Rara: Hahaha, iya. Lucu banget. Eh, tapi jangan ketawa terlalu keras, ya. Nanti orang-orang marah.

Dina: Iya, iya. Aku akan berhati-hati. Tapi susah juga nahan ketawa. Ini filmnya kocak banget.

Rara: Iya, memang kocak. Aku senang bisa nonton film ini sama kamu. Kamu selalu bikin aku senang.

Dina: Aku juga senang bisa nonton film ini sama kamu. Kamu selalu bikin aku semangat.

Rara: Kamu memang sahabat sejati.

Dina: Kamu juga sahabat sejati.

Mereka berdua pun terus menonton filmnya sambil tertawa dan bersenang-senang. Mereka merasa bahagia karena bisa menghabiskan waktu bersama. Mereka adalah sahabat selamanya.

Setelah menonton film komedi di bioskop, Rara dan Dina pergi ke taman kota untuk bersantai. Mereka berdua duduk di bangku taman sambil menikmati udara segar dan pemandangan indah. Mereka berbincang-bincang tentang film yang baru saja mereka tonton dan cita-cita mereka di masa depan.

Rara: Filmnya lucu banget, ya. Aku suka adegan yang dia lagi nyanyi di panggung, tapi suaranya fals. Hahaha.

Dina: Iya, lucu banget. Aku suka adegan yang dia lagi nyobain kostum superhero, tapi kostumnya kekecilan. Hahaha.

Rara: Iya, lucu banget. Tapi aku juga kagum dengan dia. Dia kan punya mimpi jadi komedian yang terkenal. Dia berusaha keras untuk mewujudkan mimpinya.

Dina: Iya, aku juga kagum. Dia kan punya bakat menulis yang luar biasa. Dia bisa membuat orang-orang tertawa dengan lelucon-leluconnya.

Rara: Iya, memang. Kamu juga punya bakat menulis yang luar biasa, Dina. Kamu bisa membuat puisi dan cerita yang indah. Kamu pasti bisa jadi penulis yang terkenal.

Dina: Makasih, Rara. Kamu juga punya cita-cita yang mulia, Rara. Kamu mau jadi dokter yang bisa membantu orang-orang yang sakit. Kamu pasti bisa jadi dokter yang hebat.

Rara: Makasih, Dina. Kamu memang sahabat sejati. Kamu selalu mendukung aku.

Dina: Kamu juga sahabat sejati. Kamu selalu peduli dengan aku.

Mereka berdua pun tersenyum dan berpelukan. Mereka merasa bahagia karena memiliki sahabat yang saling mengerti dan menghargai. Mereka tidak menyadari bahwa ada seseorang yang sedang mengawasi mereka dari kejauhan. Orang itu adalah Rudi, seorang siswa yang menyukai Rara. Rudi adalah seorang siswa yang sombong, angkuh, dan iri hati. Dia tidak suka melihat Rara dan Dina bersama. Dia merasa bahwa Dina mengganggu hubungannya dengan Rara. Dia ingin membuat Rara jatuh cinta padanya dan meninggalkan Dina.

Rudi: (dalam hati) Sialan, Dina. Dia selalu merebut Rara dariku. Rara itu kan milikku. Aku yang paling pantas untuk bersama Rara. Aku yang paling tampan, pintar, dan kaya di sekolah ini. Aku harus membuat Rara sadar bahwa aku adalah pilihan terbaiknya. Aku harus membuat Dina menjauh dari Rara. Aku harus membuat mereka berantem.

Rudi pun berjalan mendekati Rara dan Dina. Dia pura-pura tersenyum dan menyapa mereka.

Rudi: Hai, Rara. Hai, Dina. Apa kabar? Kalian baru pulang dari bioskop, ya?

Rara: Oh, hai, Rudi. Apa kabar? Iya, kami baru pulang dari bioskop. Kami nonton film komedi yang lucu banget.

Dina: Hai, Rudi. Apa kabar? Iya, kami nonton film komedi yang kocak banget.

Rudi: Wah, film komedi, ya? Aku juga suka film komedi. Film apa yang kalian tonton?

Rara: Kami nonton film yang judulnya "The Funny Guy". Filmnya tentang seorang pria yang mencoba jadi komedian, tapi selalu gagal dan membuat malu dirinya sendiri.

Dina: Iya, filmnya lucu banget. Banyak adegan yang bikin ketawa.

Lihat selengkapnya